Hujan di Tahun Baru Imlek, hoki?

Gegara update status di facebook tentang pendapat etnis cina di Singapura dalam merayakan tahun baru imlek.  Teman saya yang tinggal di Amerika bertanya lebih jauh tentang hal ini.

Iya, betul. Etnis Cina di Singapura tidak beranggapan bahwa hujan saat perayaan tahun baru Imlek bukan berarti hoki, atau beruntung.  Mereka berpendapat kalau hujan malah menyusahkan mereka saat keluar rumah untuk berkunjung ke rumah sanak saudara ataupun teman.

Kebiasaan mereka selama liburan tahun baru Imlek, biasanya saling berkunjung selama satu bulan. Jadi setelah libur nasional selama dua hari, setiap hari Sabtu dan Minggu setelah tahun baru Imlek mereka masih tetap bersilaturahmi.

Karena ketatnya hukum di sini, tidak jarang mereka yang memiliki kendaraan sendiri pun berpergian dengan transportasi umum. Karena saat kumpul-kumpul mereka juga menikmati minuman beralkohol. Dan di malam hari biasanya para Polantas akan berpatroli dan melakukan random check pada setiap pengendara kendaraan bermotor.

Apabila kadar alkohol melebihi 35mg maka yang bersangkutan tidak boleh mengendarai mobil/motor.  Bila ketahuan maka hukuman yang didapat beragam tergantung dari kadar alkohol dalam badan pengendara. Mulai dari pengurangan poin pada Surat Ijin Mengemudi (SIM) hingga pelarangan mengendarai mobil selama periode tertentu. Bisa dalam hitungan bulan sampai tahunan. Menyedihkan bukan, bila punya mobil tapi tidak boleh mengendarainya. Apalagi harga mobil di Singapura sangat mahal, bisa setara dengan harga rumah di negara lain.

Teman saya yang bertanya, makin tertarik dengan cerita saya ini. Dia jadi penasaran bagaimana pandangan etnis cina yang sudah menetap atau bahkan sudah menjadi warga negara Amerika.  Saya bilang, "Bagus, mba. Cari tahu lalu kasih tahu saya ya nanti."  Hahaha niat banget ya.

Selain dari cerita saya, dia juga menyinggung tentang film yang cukup terkenal tahun lalu yaitu Crazy Rich Asian. Bagaimana cara pandang sang ibu dari tokoh pria dalam film tersebut terhadap tokoh wanita yang etnis cina tapi tinggal di Amerika. Dikenal dengan sebutan  ABC, American-born Chinese.

Saya sampaikan tentu tidak semua berpikiran seperti itu, mempertahankan budaya. Banyak yang memupus kebudayaan etnis juga. Saya sampaikan juga ke dia tentang pengalaman saya saat kerja dulu. Saat itu atasan saya yang berwarga negara Perancis, menyebut istilah "Egg and Banana."

Apa itu Egg and Banana? Ini juga berhubungan perilaku seseorang dengan kultur keluarganya. Egg atau telur memiliki kulit putih dalamnya kuning. Artinya secara fisik putih (caucasian atau kita biasa sebut orang bule) tapi dalamnya senang mengadopsi kultur Asia.

Sementara Banana atau pisang, kulitnya kuning dalamnya daging berwarna putih. Memiliki makna kebalikan dari telur. Fisik dari Asia tapi gaya hidup mengikuti kultur orang Barat, western.

Teman saya yang suaminya memang berwarga negara Amerika, mengaku baru kali ini mendengar istilah banana dan egg.  Saya jadi berpikir mungkin istilah ini lebih akrab bagi orang-orang yang berasal dari Eropa. Mengingat Amerika memang tidak memiliki kultur yang sama, karena warganya berasal dari berbagai negara. Kecuali suku Indian temtunya.

Kembali pada kepercayaan etnis cina Singapura tentang makna hujan selama perayaan imlek. Saya juga merasakan perbedaan yang cukup mencolok dengan pemberian nomor pada gedung-gedung yang ada disini.  Tidak seperti di Jakarta, yang menghindari angka 4 dan 3. Disni tidak semua bangunan menhindari nomor angka 4 atau 3.  Demikian juga dengan nomor rumah atau lantai. Di lantai 4 atau 14, 24 masih bisa ketemu dengan penghuni rumah yang beretnis cina.

Lalu teman saya bertanya apakah artinya etnis cina di Singapura tidak percaya tahayul? Mmmm... saya kok jadi ingat bulan ke tujuh dalam kalendar lunar cina. Hungry Ghost Month! Dimana bukan saja etnis cina, tapi ada juga muslim yang percaya bila kita melangkahi atau menginjak dupa yang sudah terbakar, maka akan melihat penampakan! Wew....!

Hiks.... tahayul oh tahayul.... tidak mengenal etnis tidak mengenal agama kalau begini ceritanya!