Pilpres....oh Pilpres

Pileg....✅
Pilpres...✅
Capres yang kalah menggugat KPU ke MK ✅

Semuanya sudah selesai terlaksana, tapi perang komentar di media sosial tetap menghangat bahkan memanas.

Ketika kubu yang kalah dalam pilpres mengambil langkah untuk menyelesaikan masalah pada MK, reaksi dari para pendukung kubu Capres & Cawapres yang menangpun 'ruaaaaaar' biasa. Dari mulai sindiran, olokan hingga hujatan.
Sangat disayangkan karena tindakan  menyelesaikan masalah di MK adalah merupakan langkah yang benar dan tidak menciderai demokrasi itu sendiri.

Sehari setelah putusan MK berlalu, perang komentar di media sosial tetap memanas, jadi ingat komentar temanku yang punya pengetahuan dan wawasan dalam politik, jang eka, bahwa dari pemilu 2014 ini banyak pelajaran yang dipetik. Ternyata banyak diantara kita yang belum siap berdemokrasi. Menyelesaikan masalah/konflik melalui saluran demokrasi malah menjadi bahan olokan dan hinaan.  Padahal di dalam proses demokratisasi penyelesaian masalah melalui lembaga demokrasi sangat dianjurkan bukan melalui hakim-hakim jalanan!'

Hihihi....sambil manggut-manggut menyerap ucapan si ujang diatas, saya geli sendiri ingat akan perang status atau komentar di newsfeed facebook yang tidak tahu kapan akan berakhir. Bila orang yang mengerti politik tentu akan berpendapat tidak jauh seperti si ujang ya, bukan saling ngejek dan membela pilihannya secara membabi buta. Ini malah memperlihatkan diri sebagai orang yang baru melek politik. Baru melek pilitik dengan bekal baca berita di media sudah merasa seperti politikus handal nyerocos, ngolok dan hujat sana sini.  Padahal jelang pileg dan pilpres ini hampir semua media tidak bersikap netral. Termasuk media-media yang memiliki nama besar, celakanya banyak pendukung yang baru melek ini tidak mempercayai akan ketidaknetralan media media tersebut. 

Absurb?
Ga juga, sudah lazim :)  media sekelas The New York Times juga bisa dikatakan membabi buta saat menyerang kubu Obama saat pemilihan presiden Amerika.

Bahkan Rupert Murdoch si raja media mengatakan bagaimana media bisa berperan netral, Tuhan saja tidak bisa netral.
Dan yang menarik pernyataan lainnya, yaitu: 'I think a newspaper should be provocative, stir 'em up, but you can't do that on tv.'
Seandainya Murdoch mengikuti Pilpres 2014 di tanah air ini mungkin saja Murdoch akan mengganti pernyataannya. Karena fakta yang terjadi televisipun bisa meracik, memlintir berita dan memprovokasi seperti halnya media cetak :)

Kembali ke para pemilik suara yang sudah memilih. Baik pendukung Capres yang menang ataupun pendukung Capres yang kalah kalau masih saling hujat, saling ejek artinya memang baru melek politik kekkeekke....
Kalau memang mengerti politik ya lebih baik himpun energi positif untuk bisa berkontribusi atau mengkritik yang baik bagi pemerintah. Soal suka ga suka, soal siapa yang jadi calon presiden terpilih kan TIDAK membuat para pendukungnya demam mengigil :D





Comments

Popular Posts