Indikator Profesionalisme Perempuan

NHW2

Memasukki minggu kedua dalam Matrikulasi Ibu Profesional, peserta disarankan membuat daftar indikator profesionalisme sebagai individual, istri dan ibu. Untuk mempermudah diri sendiri dalam mencapai target dalam daftar yang dibuat, tulisan diarahkan menggunakan konsep SMART.
Specific: detil dan unik
Measurable: terukur; contoh dalam 1bulan 4kali sharing hasil belajar.
Achievable: bisa diraih, tidak terlalu susah dan tidak terlalu mudah.
Realistic: berhubungan dengan kondisi kehidupan sehari-hari.
Timebomb: berikan batas waktu.

Terus terang arahan konsep SMART ini membuat saya lebih rileks dan mudah menuliskan daftar indikator.  Karena pada saat membaca judul tulisan untuk tugas minggu kedua ini, terus terang sempat membuat saya mengerutkan kening.  Sambil mikir wah masuk minggu kedua materinya tentang sesuatu yang berat neh.



Checklist Indikator Profesionalisme Perempuan

Sebagai individu
Konsisten melaksanakan shalat sunnah muakkad.
Belajar ilmu tajwid
Membaca buku 4-5 buku dalam satu tahun
Rutin membuat 1 proyek setiap bulan dalam setahun sesuai dengan passion.

Sebagai istri
Dari awal pernikahan karena saya memutuskan untuk menjadi Ibu Rumah Tangga, maka ketika ditanya tentang indikator profesionalisme perempuan sebagai istri.  Dia hanya bilang posisi saya sebagai istri juga ibu dari anak-anak.  Fokuslah sama yang saya inginkan dalam mendidik anak-anak. Sebagai suami dia siap setia disamping mendukung.
Terdengar sederhana atau mudah, tapi justru hal ini terkadang membuat saya merasa sendirian dalam mengurus anak, Haha.
Entah dia terlalu percaya dengan peran saya sebagai istri dan ibu, entah dia males terjun karena jam kerjanya yang sangat panjang, hampir 7hari dalam seminggu. Tapi tetap saya berpikiran positif, dengan mendapat dukungan dia yang siap setiap saat.

Sebagai ibu
Saya memiliki dua anak perempuan, berumur 9 tahun dan 2 tahun.
Sedikit lucu ketika bertanya kepada si sulung, apa yang dia  inginkan dari ibunya.  Dua hal yang dia minta yaitu:
Kembali  baking kue bersama minimal 1 bulan sekali.
Lebih sering bersepeda bersama dan pergi ke taman.

Mengetahui apa yang diinginkan si sulung, sedikit ada rasa bersalah dalam hati.  Kehadiran anak kedua yang cukup jauh beda usianya, ternyata membuat si sulung merasa kehilangan moment berduaan ibu & anak. Bersyukur si sulung tetap sayang dan perhatian sama si ade.

Demikian daftar indikator untuk saya sebagai individu, isteri dan ibu. Semoga bisa melaksanakannya dengan konsisten. aamiin.

Singapore, 29 Oktober 2016

Comments

Popular Posts