Korwil 7: Kindergarten di Jerman

Korwil 7 adalah group online Kelas Bunda Sayang, program dari Institut Ibu Profesional.  Pesertanya merupakan gabungan dari beberapa kota di Indonesia dan Luar Negeri.



Tentang Pembicara

Selly Ludwina yang biasa disapa Selly, tinggal di Jerman selama 16 tahun.  Ibu dari dua anak berusia 5 tahun dan 3 bulan, ini masih menggunakan bahasa Indonesia sehari-harinya bersama keluarga.  Di acara berbagi ini Selly ingin bercerita tentang  Kindergarten di Jerman, yang memiliki aturan berbeda di setiap provinsinya. 

Di tempat Selly tinggal, setiap anak wajib bersekolah dari tingkat SD sampai SMA. Sementara untuk TK tidak bersifat wajib.  Tapi bila ingin masuk TK disarankan si anak berumur 3 tahun.  Di TK dibagi dalam tiga group.  Setiap group diisi 25 anak dengan didampingi oleh tiga Erzieherin (kalau diterjemahkan lebih tempat Nursery Nurse daripada Guru).  Yang berbeda dengan sistem di Indonesia, di satu group ini terdiri dari anak-anak yang berumur 3-6 tahun, semua bersatu.  Jadi anak umur 3 tahun bisa main bersama dengan anak yang lebih besar, dan anak besar umur 5-6 tahun bisa belajar membantu dan bermian hati-hati dengan anak yang lebh kecil.  Tidak ada sistem kenaikan kelas di kindergarten, tetapi di setiap group ada penglompokkan berdasarkan umur untuk aktifitas-aktifitas tertentu, seperti gymnastik. Tidak ada belajar baca tulis, tidak ada papan tulis.  Meja dan kursi hanya digunakan untuk menggambar atau bikin craft.

Kegiatan apa aja di Kindergarten ini? Banyak. 
1. Ruangan Bauzimmer (building room) yang berisi blocks, lego, kereta api dan banyak lainnya yang bisa digunakan untuk buat bangunan.  Aturan di ruangan ini semua anak boleh bangun sesuatu, menambah bangunan anak lain, tapi tidak boleh merusak/bongkar punya anak lain. Kalau hari itu belum selesai bangunannya, bisa dilanjut esok harinya karena semua hasil karya baru dibongkar bersaa setiap hari jumat.

2. Ruangan Musik, isinya berbagai alat instumen. 

3. Perpustakaan kecil dengan aturan yang diterapkan bagi anak-anak. Misalnya menimpan kembali buku yang sudah dibaca pada rak buku sesuai dengan tanda warna pada buku.  Tanda warna ini yang menjadi pengelompokkan buku-buku. Dan sudah pasti, berada di ruangan ini tidak boleh ribut.

4. Dapur.  anak-anak boleh memasak dan bisa daftar ke gurunya. Satu sesi masak terdiri dari lima anak didampingi 1 erzieherin. Mereka mempuyai resep khusus.  Resep-resep tersebut tidak ada tulisan. Hanya ada gambar, sehingga memudahkan anak-anak 'membaca' resep.  Di usia 3.5 tahun anak sulung Selly sudah bisa memotong wortel dengan pisau.

5. Ruang bermain peran, dilengkapi dengan berbagai macam kostum dan boneka.

6. Workshop, anak-anak bisa belajar memakai palu, gergaji dan perkakas lainnnya.  Para Erzieherin menyampaikan bahwa setiap permainan berbahaya kalau anak tidak diberitahu bahayanya.  Jadi mereka percaya diri dengan mendampingi anak-anak kecil itu menggunakan gergaji, palu asli di workshop.

Sementara aktivitas di luar selama musim panas, biaanya anak-anak seminggu sekali berjalan sepanjang kurang lebih 4 kilometer, makan dan bermain di hutan.  hari lainnya anak-anak bisa bermain di taman besar di sekolahnya, bisa bersepeda, main pasir dan seluncur.

Sekolah yang mendidik tapi juga membuat anak-anak bebas berekspresi. Anak sehat, anak percaya diri dan yang lebih utama.... anak senang.


Tanya Jawab:

1. Nunung Chandra - Bintan
Pernahkan ada accident di sekolah? Misalnya saat bermain masak terkena pisau, karena alat yang digunakan alat sungguhan. Dan adakah tips dari sekolah tentang cara menyampaikan ke anak supaya menggunakan alat tajam sesuai kegunaannya? Terima kasih.
Jawab:
Accident pasti selalu ada tetapi di mimimalisir. Anak saya sendiri pernah kena gergajinya. Setiap kali accident prosedurnya selalu sama. Kalau accident ringan, mereka punya first aid kit dan Erzieherin selalu wajib ikut kursus first aid kit. Pas pulang orangtua wajib diberitahu. Apabila accident nya berat, mereka ada prosedur, langsung memanggil ambulans dan memberi kabar ke orangtua anak. Tips yang saya dapat, anak diberi tahu, dengan bahasa anak tentunya, bagaimana menggunakan alat-alat tersebut dengan benar dan bahaya yang dapat terjadi dalam menggunakan alat tersebut. Tentunya selalu ada Erzieherin yang mendampingi.

2. Dieni - Singapura
Mba Selly, saya nambah nanya. Ini perbandingan guru dan murid di kelas ada berapa ya mba? Misalnya saat kegiatan masak memasak itu. Itu berarti selain membimbing anak yg sedang memegang alat, juga ada yg mengawasi anak2 lain supaya tidak lari menabrak/dorong2an selama kegiatan pegang pisau kan ya mba ? 
Jawab:
5 banding 1. Dari 5 anak ini di campur, ada anak yang udah umur 5/6 jadi bisa ikut bantu mengawasi.  Kalau workshop 2 banding 1. Di tempat workshop 2 anak tersebut tidak boleh direcoki anak lain.

3. Dian - Singapura
Bagaimana dengan bahasa ibu dan bahasa Indonesia anak-anak?
Jawab:
Anak saya 100% bahasa Indonesia di rumah. Suami saya orang Jawa Tengah. Saya sendiri dari Sunda. Paling anak bingung dgn kosakata bahasa daerah. Kayak prosotan atau plorotan itu hahaha

4. Selly - Jerman
Balik tanya karena ingin tahu. Di Singapore sistem TK nyabagaimana. Seperti indonesia kah? Soalnya saya awalnya juga bingung sendiri dengan kegiatan yang “hanya“ main
Jawab:
Di Singapore TKnya juga ga wajib. SD baru wajib. Iya TK nya dibagi kelas sesuai umur (tahun kelahiran). TK di sini ada yg mulai dari 3thn (Nursery 1), 4th N2, 5thn Kindergarten 1, 6thn Kindergarten 2. Ada juga yang hanya mulai 4-6thn. Sekolah di Singapura, bahkan untuk anak TK sekali pun tingkat stressnya tinggi. terlebih jika ingin memasukkan anak ke sekolah madrasah. Kadang melawan hati nurani sendiri. Sejak TK anak2 sudah diajarkan calistung, dimasukkan les-les, bahkan mengerjakan soal-soal analisa yang membutuhkan logika berpikir rumit.

5. Yasmin - Bandung:
Kalau di sana Erzieherinnya ramah dan sabar banget  sama anak-anak asuhnya? Terus di TK itu komunikasi dengan guru dan teman-temannya pakai bahasa apa?
Jawab:
Di TK anak saya semua Erzieherin nya perempuan dari yang umur 20an sampai 50an.  Dengan karakter masing-masing, ada yang tegas dan konsekuen.  Semua anak respek sama guru ini, ada juga yang sangat perhatian, anak-anak suka sama guru ini .
kenapa perempuan? Memang harus perempuan?
Untuk jadi Erzieherin harus sekolah 3 tahun. Jadi lulus SMA sekolah lagi semacam kejurusan. Dan memang sepertinya yang sekolah ini banyaknya perempuan. Tapi di beberapa TK lain ada juga laki-laki.
⁠⁠⁠⁠
6. Wenda - Los Angeles
Apa tantangan jadi ibu 2 anak di perantauan?
Jawab:
Tantangan yang berasa sampai sekarang, ngga ngerti sistem pendidikan yang berbeda dari indonesia. Dan juga lagu anak-anak.  Sama sekali saya ga ada yang tahu;  jadi mamanya juga ikut belajar

7. Dieni - Singapura
Di Jerman biaya pendidikannya gratis bukan ya mba sampai jenjang tertentu?
Jawab:
Gratis untuk SD sampai SMA. Universitas tergantung provinsi, masih ada yang gratis ada yang bayar. Bayar pun +/- 500€ satu semester

8. Shindie - Singapura
Kegiatan outdoor berjalan 4km ke hutan itu anak2-anak saja didampingi oleh guru atau ortu boleh ngintil?
Jawab:
 Hanya didampingi guru. Disini orangtua jarang boleh ngintil, misalnya ada program pemotretan aja kita cuma bisa pasrah dipotret kayak gimana anaknya. Gak boleh difoto karena Khawatir posting social media.  Data security... ga cuma TK loh.... seperti les renang anak saya. Saya ga boleh foto juga. Ini lebih ketat karena kan “baju renang“.

Closing:
Ini pandangan saya pribadi, kalau kembali jadi anak TK, dan diperbolehkan memilih, saya lebih suka masuk TK seperti anak saya yang hanya “bermain“. Tetapi sayang di beberapa tempat memang susah direalisasikan karena tekanan sosial. Kalau bisa pun orangtuanya harus konsisten mendampingi ya
⁠⁠⁠⁠



Comments

Popular Posts