Waspadai Pornografi di Lingkungan Anak


Malam ini merupakan seri terakhir dari rangkaian tiga diskusi tentang pengalaman yang sering terjadi di sekitar kita tentang pelecehan seksual dan pornografi di kalangan anak-anak karena tidak dikenalkannya pendidikan seksualitas sejak dini.

Kejadian dalam bahasan ini yaitu, korban adalah seorang anak perempuan berusia 13 tahun saat mengerjakan tugas kelompok.  Dia belum selesai mengetik tugas di ruang komputer saat teman-temannya mengajak rehat dan pindah ke area kamar. Ketika korban selesai mengerjakan tugas bagiannya, dia menyusul teman-temannya ke kamar. Mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu penuh senyuman mencurigakan.
Tidak berapa lama layar TV dalam kamar menampilkan adegan yang membuat korban kaget dan ingin muntah. Korban merasa sangat malu lalu memutuskan membalikkan badan dan tidur. 
Pada hari selanjutnya. Koban terus menerus berpikiran, apakh harus melakukan hal semacam itu dikala dewasa nanti. Terpikir untuk mengambil kesimpulan tidak ingin tumbuh dewasa.
Apa yg terjadi ?
Kenapa bisa terjadi?






Kejadian lain dalam bahasan malam ini juga tentang minimnya pengetahuan pengenalan seksualitas pada gadis remaja berumur 18 tahun.  Pendidikan atau cerita soal seksualitas hanya di dapat di pelajaran biologi tingkat SMU, plus informasi seadanya dalam menghadapi mendapat menstruasi.  Sangat minim memang, karena infornasi tentang seksualitas dianggap tabu.


Saat usia 18, tinggal di Jerman.... syok melihat tayangan di tv biasa waktu jam 10 malam, tidak berani cerita ke siapa-siapa karena malu sendiri.... padahal kalau dingat-ingat lagi tayangannya memang tidak senonoh tapi bukan film xxx.

Masih tentang pornografi terhadap anak juga. Pastikan kita tahu aturan hiburan/channel tv di kamar hotel yang berlaku ketika kita berlibur ke luar negara.  Tayangan yang RA 21 di beberapa negara tanpa perlu diminta confirmasi, bisa langsung tayang di kamar.  

Juga ketika kita berkunjung ke rumah saudara.  Kita harus waspada bila keluarga yang kita kunjungi ini belum memiliki anak atau tidak memiliki anak kecil lagi. Kejadian gambar-gambar pornografi bisa ditemukan oleh anak-anak kita yang sedang berkunjung.  Ini pengalaman yang nyata juga.

Apa yg harus kita ajarkan pada anak-anak kita tentang tayangan seperti ini?

Dari kisah di atas bagi, ada peringatan bagi orangtua untuk segera membekali anak tentang hal-hal 'istimewa'  yang akan dihadapi saat menikah.  Dan keistimewaan ini akan terkikis bila mereka mengakses informasi dari sumber yang salah. Bila anak tidak dibekali pemahaman ini,  efeknya bisa panjang,  anak menjadi tidak siap untuk bertumbuh dewasa,  atau malah semakin giat mencari info dari sumber yang salah.

Kalau dari panduan akaba, mekanisme reproduksi kan sudah boleh dikenalkan usia 6, lalu sebagai persiapan pubertas juga anak-anak harus paham tentang ini.  Maka pendidikan fitrah seksualitas itu memang tidak bisa berdiri sendiri.  Harus beriringan dengan fitrah keimanan, plus  di panduan akaba juga dijelaskan sekitar usia 13 harus disampaikan pada anak bahwa segala sesuatu terkait aktivitas intim yang biasa digambarkan oleh media itu tidak nyata (ilusi media).

Jadi orangtua mesti siap dari awal menjelaskan, kalau nanti sudah dekat pubertas,  ada kegiatan berkelompok,  dan kemungkinan minim pengawasan orangttua. Jaga diri dari melihat yg tidak perlu dilihat,  karena semua itu terlihat menyenangkan tapi tidak nyataa.  Dan mungkin bisa merusak keindahan pernikahan atau malah jadi ketularan perilaku menyimpang, saking bosannya lihat yang begitu.


#harike10
#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangmaterisesi11





Comments

Popular Posts