Seminggu Pertama Sienna Sekolah

Awal tahun ini si bungsu Sn yang akan berumur 4 tahun mulai sekolah, masuk Nursery 2.  Jarak rumah ke sekolah kurang dari 1 km, saya putuskan untuk berangkat dan pulang sekolah dengan berjalan kaki. Melatih Sn untuk terbiasa jalan kaki, tidak manja. Juga untuk saya sekalian berolahraga murah dan sederhana tapi sangat bagus manfaatnya bagi tubuh.  

Di hari pertama sekolah, hanya 2 jam saja. Seperti beberapa anak sekelasnya, Sn juga nangis tidak mau ditinggal dalam kelas.  Sekitar 10 menit saya duduk bersama empat belas teman sekelas Sn. Saya tidak sendirian, seorang nenek juga berada di ruang kelas karena cucunya nangis gak mau ditinggal.

Saat Sn lagi asik main bersama teman-teman barunya sambil memperhatikan guru yang sedang memainkan hand puppet. Saya diam-diam keluar ruangan kelas.  Tidak berapa lama Sn sadar kalau saya sudah tidak ada di belakang dia. Nangis! 

Kepala Sekolah yang sedang melakukan tugas rutin mengontrol kelas di pagi hari, menghampiri saya di luar kelas. Apakah saya ingin masuk kelas untuk menemani Sn beberapa saat. Saya menolak karena saya tahu Sn akan lebih mudah beradaptasi tanpa saya berada di sampingnya. Saya pun pulang, untuk menjemput Sp di rumah dan membawanya ke klinik.  Semalam dia demam dan paginya masih belum stabil. 

Meskipun saya sudah melakukan ebooking.  Tetap aja lama menunggu masuk ke ruang dokter karena pasien banyak.  Akhirnya sayapun telat menjemput Sn di sekolah. Apalagi durasi hari pertama sekolah satu jam lebih cepat dari biasanya. Lambat hampri 20 menit merasa bersalah, saya langsung memeluk Sn.  Dia kelihatan senang melihat saya dan kakaknya menjemput.  

Hari kedua, ketiga dan keempat..... semua berjalan baik. Tidak ada tangisan sama sekali.  Malah dia merengek ingin pergi sekolah di hari Sabtu dan Ahad!. Saya jadi ingat ketika si sulung Sp  pertama kali masuk sekolah. Tidak ada masalah yang berarti.... hingga bulan ketiga baru dia mogok.  Selama hampir seminggu nangis sebelum masuk kelas.  Saya tidak bermaksud membandingkan kakak beradik ini. Tapi justru mengingat masa lalu untuk mempersiapkan diri jika hal yang sama terjadi. Cross my fingers.

Kalaupun kejadian pada Sp enam tahun lalu akan terjadi pada Sn, saya harus siap. Meskipun bila ingat sama artikel yang pernah saya baca di laman parenting yang berjudul Before Starting Preschool: What Your Kids Should Know, lebih dari 5 dari 8 poin yang sudah saya melakukan untuk Sn.  Yaitu: kemampuan untuk mandiri, lulus toilet training, membereskan mainan setelah selesai bermain, kemampuan berkomunikasi, lupakan sejenak flash card.  

Untuk yang terakhir saya memang belum mengenalkan flash card. Kegiatan yang berhubungan dengan pensil, spidol dan crayon selain menggambar adalah mewarnai.  Sedangkan untuk membaca, Sn lebih suka menggunakan buku jenis Touch and Feel, biasanya saya pinjam dari perpustakaan terdekat dari dari rumah.

Dua poin yang belum dikuasai oleh Sn adalah:

Mengingat alamat rumah dan nama anggota keluarga, nama kakak dan ayahnya yang mudah dia ingat karena nama panggilan dan nama lengkap sama, sedangkan untuk nama saya dia lebih biasa dengan nama panggilan.  Untuk alamat rumah oh-oh..... masih pr buat saya.

Mengelola emosi, ini tidak mudah. Mengingat Sn memiliki karakter commander yang cukup dominan.  Seperti di hari ke 5 dia sedikit kurang senang, ketika melihat temannya duluan masuk kelas, padahal dia sudah ada di samping pintu kelas.  Selama empat hari sebelumnya dia selalu datang paling awal dan masuk ke ruang kelas duluan dibanding teman-temannya. Di dalam dia akan seperti memberi tahu teman-temannya dimana tempat untuk menyimpan kotak makan siang, botol minum dan rak sepatu. Dalam kelas anak-anak harus melepas sepatu, karena semua duduk di lantai. 

Tapi hal ini justru akan melatih dia untuk lebih mengerti tentang perlu dan baiknya berbagi dengan teman. 

Tidak saja diajarkan oleh mami di rumah di sekolahpun guru mengajarkan untuk berbagi dan bergantian sama teman.  Tidak dimonopoli oleh seorang saja.


Sumber: laman parents.com. Before Starting Preschool: What your kids should know. By Anne Zachry