Pengalaman Anak Berlibur Tanpa Orangtua

Lima hari menjelang pergi liburan akhir tahun. Pas lagi makan malam bersama, si sulung Sp cerita pengalaman dia selama Learning Journey pada bulan Juni tahun ini. Program sekolah yang diadakan setiap tahun untuk anak-anak kelas lima.

Tahun ini Learning Journey yang hanya diikuti oleh community leaders selama empat hari tiga malam memilih Bangkok sebagai tujuan. Setiap dua anak tinggal dalam satu kamar. Jadwal kegiatan sudah dibagikan sebelum keberangkatan dan diberikan kepada para orangtua yang diundang untuk menghadiri briefing di sekolah. Tujuannya agar para orangtua atau wali murid merasa tentram dengan mengetahui kegiatan selama program berlangsung.

Yang jadi cerita Sp saat makan malam tadi adalah kejadian di kamar hotel. Malam pertama masuk di kamar hotel, dia dan temannya baru sadar kalau mereka tidak membawa jam tangan. Di dalam kamarpun tidak tersedia jam dinding atau jam digital diatas meja.  Sementara handphone harus diserahkan kepada guru pendamping sebelum jam menunjukkan pukul 23.00 waktu setempat.  

Keesok paginya Sp dan temannya bangun pagi. Mereka berdua tidak mendengar wake up call  seperti yang gurunya sampaikan. Khawatir kesiangan, keduanya cepat-cepat mandi dan bersiap dalam waktu yang singkat. Lalu memberanikan diri untuk menelpon kamar guru pendamping dengan menggunakan telpon kamar. Merasa plong tahu kalau mereka tidak bangun kesiangan. Kira -kira lima belas menit setelah itu, mereka mendengar telpon kamar berbunyi.  Pada saat diangkat ternyata wake up call. Karena kejadian itu, Sp dan teman sekamarnya dapat pengecualian untuk tidak menyerahkan handphone kepada guru pendampingnya.

Saya menggoda, berarti sampai di kamar hotel setelah seharian beraktivitas bisa main handphone. Sambil nyengir dia bilang karena koneksi wifi di kamar hotel tidak terlalu baik. Malah nggak ada selera main handphone. Saya ingat juga saat menerima telpon dari dia memang kurang jelas, bahkan sering terputus-putus.

Sp bilang, Learning Program memang mengasikkan. Tapi pada saat harus kembali ke kamar hotel. Malam-malam berdua sama teman di kamar tanpa kehadiran orangtua memberikan rasa tidak aman juga. Bagaimanapun juga ternyata bepergian jauh dengan harus menginap memang terasa lebih nyaman dan aman dengan orangtua.  “I really missed you, guys during the night.”

Merasa kangen sama orang rumah di malam hari bisa dikatakan masih normal menurut Sp.  Dia cerita salah satu temannya ada yang homesick. Saat masih dalam penerbangan belum sampai tujuan aja temannya itu sudah menangis. Bisa dikatakan setiap hari saat makan siang atau makan malam teman yang sama diam-diam menangis. Bayangkan gimana kalau malam hari menjelang tidur.

“Jadi, aku akan pastikan sama mami selama liburan akhir tahun ini, aku akan jadi anak super baik,” kata Sp sambil mengangkat kedua alisnya. “And I am sure, you will be a happy mom.”

__

#SehariSatuTulisan
#DecemberWritingChallange
#Day4

Comments

Popular Posts