Bijak Bermedia Sosial


Sore itu saya mengajak si sulung ngobrol ringan santai tentang berita yang menghebohkan di Manchester, Inggris.  Mengikuti beberapa berita dari media, bahwa saat masa kecil pelaku pernah dibully oleh teman-teman sekolahnya.  Selain pendiam suka baca buku dia juga lebih suka main dengan teman-teman perempuan daripada laki-laki.

Hal lain yang saya tekankan dalam obrolan, perlakuan orangtua yang memanjakan. Menjadikan pelaku sebagai orang dewasa yang tidak mandiri. Momen yang pas mengingatkan si neng itulah pentingnya mengenalkan pekerjaan rumah tangga sejak dini. Mulai dari hal yang sederhana seperti mencuci piring setelah makan. Menyiapkan sarapan  sendiri atau keluarga di akhir pekan.  Hingga memasak makanan kesukaan.

Tidak cukup dengan dua hal di atas, saya suga menyebutkan dari beberapa pendapat ahli. Pelaku diduga adalah seorang psikopat.  Apa itu psikopat dan bagaimana cara kita mengenali ciri-cirinya. Obrolan ini paling sangat seru.  Saya menyampaikan dengan hati-hati, agar si sulung tidak sembarang mencurigai seseorang yang charming, pintar mengambil hati adalah psikopat. Bisa gawat!

Yang gak kalah penting, apa yang disampaikan oleh dr Boyke Dian Nugraha saat diwawancarai di channel youtube realitaTV. Para orangtua wajib waspada dengan pergaulan dan lingkungan anak-anak. Ketika anak sudah kenal dengan film atau buku porno, selain memberikan rasa ketagihan juga bisa merusak syaraf otak.  Dan bergaul dengan anak atau orang yang sudah kecanduan film porno tidak menutup kemungkinan akan tertular.  Seperti halnya dengan perilaku LGBT. Dengan tegas dr Boyke menyampaikan memang positif bisa  menular.

Oboralan yang biasa kita sebut girls' talk ini terasa mengasikkan. Dari mulai serius sampai ketawa-ketawa, karena si sulung yang selalu memperagakan apa yang sedang kami bicarakan. Dari sini saya juga menyampaikan bahwa salah satu resolusi tahun 2020 ini, saya akan mengurangi memposting foto di medsos. Terutama foto si neng sulung. Selain bagian dari resolusi, saya juga menekankan bahwa saya menghargai hak dia pribadi yang tahun ini menginjak masa remaja.

"Kamu berhak menolak kalau mami mau posting foto kamu di medsos. Sampaikan alasan yang benar, sekalian mengingatkan juga. Ini sekalian menjadi ajang latihan kamu untuk membuat keputusan.  Sekalipun sekedar posting foto di medsos."

"Eh, mam, lihat deh akun IG aku. Kemarin aku hapus-hapusin postingan. Tinggal tiga foto aja!"

Kaget juga mendengar ucapan si eneng.  Saat ditanya alasannya, dia merasa malu kalau teman-teman di SMP yang punya akun IG gak banyak postingannya.

Ada rasa sayang juga itu foto-foto projek dia sama si ade ataupun sama temen-temen sekolah. Eh kok maminya malah menyayangkan!. Haha. Tapi ada juga rasa senengnya, dulu saat ngotot pengen punya akun IG saya kasih syarat boleh punya akun IG, tapi saya harus tahu dulu apa yang akan diposting. Sekarang malah ngerem sendiri. Alhamdulillah.

Media sosial memang mengasikkan. Bijak bersosial media tentu bisa memberikan benefit yang banyak buat kita, selain bisa menambah teman, nambah pengetahuan juga memperluas networking kita.  Sehingga hobi dan minat yang kita miliki juga bisa berkembang.

Efek negatifnya juga banyak bila kita kurang bijak bermedia sosial. Waktu berlalu sia-sia. Dan satu hal yang seringkali tanpa kita sadari adalah doyan eksis dan jadi narsis. Kalau berkelanjutan tanpa bisa ngerem, ouch! Ternyata narsis itu merupakan penyakit jiwa!  Dalam ilmu psikologi disebut NPD,  Narcissistic Personality Disorder. Ketika seseorang memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi untuk kepentingan pribadinya dan juga rasa ingin dikagumi. Bersambung...

Comments

Popular Posts