Kalkulator

Review buku Mengubah Takdir karya Agus Mustofa, topik Bagaikan Kalkulator.

Bagian tersulit dalam memahami Al Qur'an adalah memadukan informasi-informasi yang terasa kontradiktif. Penulis lebih suka menyebutnya bukan kontradiktif tapi komplementer, alias saling melengkapi. 

Sampai jelang akhir buku, penulis menyampaikan semua yang dibahas dalam buku ini masih menyratkan 'dualisme' alias kontradiksi.  Ada dua hal yang masih mengambang:
1. Allah mengatakan semua takdir-Nya telah tertuis dalam kitab Lauh Mahfuzh.
2. Semua tertulis sebelum kejadian diciptakan. 

Kita banyak menemukan firman-Nya yang menyatakan bahwa takdir ditentukan oleh usaha dan seiring waktu yang berjalan.  

Dalam tataran praktis, penulis mengambil contoh konkret untuk merumuskan takdir, mengupamakan dengan kalkulator.  Seluruh hasil perhitungan yang mungkin kita lakukan, semuanya berada di dalam kalkulator.

Misalnya kita mau membuat perhitungan 300 x 500, hasilnya ada di dalam kalkulator. Mau membagi angka 1.000 dengan angka 5, hasilnya ada dalam kalkulator. Mau bikin tambah-tambahan, kurang-kurangan, akar-akaran, sinus, cosinus, faktorial dan segala macam operasi matematika. Kita akan memperoleh jawabnya dalam kalkulator. Tentu saja kita harus memilih kalkulator yang canggih dan baik. 

Seluruh hasil perbuatan kita memencet tombol-tombol kalkulator akan menghasilkan jawaban dari dalam memori kalkulator itu. Tidak ada yang meleset, karena sang pembuat kalkulator sudah memperhitungkan semua kemungkinan operasi matematika yang bakal dimasukkan di dalamnya. 

Lalu pertanyaannya sekarang, kapankah 'jawaban-jawaban' itu dimasukkan di dalam kalkulator? Apakah saat kita mencet tombol-tombolnya atau jauh sebelum kita memencet tombol?

Jawabannya sangat jelas, jauh sebelum kita mencet-mencet tombol, semua jawaban itu sudah berada di dalam kalkulator.  Bahkan jauh sebelum kita memilki kalkulator itu. Seluruh jawaban atas segala kemungkinan pemakai kalkulator sudah ditulis sebagai program di dalam kalkulator tersebut. Siapakah yang memasukkan catatan-catatan program itu? Tentu saja pembuatnya. Pabriknya.

Demikianlah perumpamaan Lauh Mahfuzh oleh penulis. Allah telah memasukkan seluruh 'kemungkinan takdir' yang bakal terjadi pada manusia.  Bentuknya sebuah program sunnatullah yang berlaku. Program itulah yang akan menjawab perbuatan-perbuatan manusia dengan segala kemunkinannya,  Allah menentukan takdir sesuai dengan sunnatullah yang berlaku.

Kurang lebih demikian makna dari QS Al Hadiid ayat22-23, yang mengatakan bahwa seluruh musibah yang terjadi di muka bumi maupun pada diri manusia, semuanya telah termaktub di dalam kitab yang nyata alias Lauh Mahfuzh, sebelum Allah menciptakan kejadian itu. Persis seperti perumpamaan kalkulator di atas. Seluruh jawaban atas 'operasi bilangan' telah termaktub di dalam kalkulator sebelum kita memencet-mencet tombolnya. 

Memencet-mencet tombol adalah 'usaha'.  Jawaban yang keluar di layar kalkulator adalah 'takdir'. Kalau kita tidak melakukan usaha memencet tombol. maka jawabannya tidak akan pernah keluar dari kalkulator.

Begitulah kalau kita tidak berusaha, maka Allah tidak akan mengubah keadaan kita. Berbuat baik memperoleh kebaikan. Berbuat jahat memperoleh kejahatan. 

Allah tidak pernah berbuat sewenang-wenang terhadap makhluk-Nya. Dia adalah Maha Pemurah dan Maha Pengampun atas berbagai kesalahan yang kita lakukan. Disitulah Allah menunjukkan hak veto berdasar Kemurahan-Nya. Dengan menghapus apa saja yang Dia kehendaki.  Apalagi bagi orang-orang yang datang kepada-Nya dengan memohon pertolongan. Dia tidak pernah menolak permohonan hamba-hamba-Nya yang berdoa kepada-Nya.📘 



#tantangan30hari
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional
#day30
  






Comments

Popular Posts