NAK: Thought from Paris - Charlie Hebdo

Buku yang saya baca berjudul Revive Your heart, karya Nouman Ali Khan. Topik: Thought from Paris (Charlie Hebdo)

Penulis ingin berbagi dengan pembaca beberapa refleksi dari Quran pada kejadian di Perancis beberapa waktu yang lalu. Kita masih ingat, sebagai muslim kita serasa kelu bagaimana harus merespons kejadian itu. Apa yang harus kita lakukan terhadap dua kejadian yang berbeda, kejadian kejam yang dilakukan oleh muslim ataupun kejadian kejam yang dilakukan terhadap muslim. 

Ada empat hal yang disampaikan oleh penulis. Yang pertama istilah "criminals are criminals". Tidak peduli apa agamanya. Ketika seseorang membunuh orang yang tidak bersalah. Hukuman kepada pelaku pembunuhan harus sama tidak perlu memandang apa agamanya. 

Kita tidak bisa membela karena kita satu keyakinan dengan pelaku pembunuhannya itu karena berpegang pada innama al-mu'minun ikhwah - Setiao orang yang beriman adalah saudara. Karena Allah SWT dengan jelas menyampaikan tentang keadilan: wa-law 'ala anfusikum - untuk menenggakan keadilan. Artinya kalau ada muslim yang melakukan kesalahan, kita harus menegakan keadilan, jangan berputar-putar untuk bisa memberi perlindungan. Setiap orang harus menerima konsekuensi dari apa yang sudah dilakukannya. Kriminal adalah kriminal, tidak perlu diperdebatkan dalam ajaran islam. Sekalipun si pelaku menyampaikan atas dasar keadilan bagi semua agama.


Yang kedua, orang-orang ini memalukan. Saat sekelompok muslim melakukan kekejaman secara langsung telah mempermalukan masyarakat muslim lainnya. Bahkan lebih dari sekedar mempermalukan. Penulis mengingatkan pentingnya tanggungjawab bersama. Kita tidak bisa mengontrol kenekatan yang didasari oleh sifat fanatik pada lain. Kita tidak bisa mengontrol kekacauan yang dibuat atas nama Islam di negara lain. 

Tanggungjawab bersama ini bisa kita lakukan dengan jangan membaca komik atau menonton video tersebut. Sampaikan pesan ini kepada keluarga dan teman-teman. Karena bila kita share komik atau video tersebut, kita sama dengan memperluaskan hinaan terhadap Rasulullah SAW. Hukumannya sama seperti yang membuat kartun tersebut. Audzubillah.


Poin Ketiga, itu merupakan penghinaan, merendahkan dan melecehkan Rasulullah SAW. Mulai dari kartun, video serta ayat-ayat Quran. Dan bila kita sebagai muslim tidak merasakan sakit dan terhina kita telah kehilangan martabat. 

Sementara di media ada dua hal ini dijadikan dalam satu issue, yaitu terbunuhnya orang-orang tidak bersalah serta kebebasan berpendapat (freedom of speech). Kondisi menyatukan dua hal yang berbeda ini tidak bisa diterima Muslim. Tidak sesederhana itu.


Ini tentang dua hal yang terpisah. Kita melawan pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak bersalah, dan kita tidak membela si pelaku. Di sisi lain kita juga berhak merasa tersinggung dengan perbuatan yang berlindung dibalik kebebasan berpendapat. Menyalahkan perlakuan tidak benar tersebut, lalu berarti kita pura-pura setuju bahwa kebebasan berpendapat itu hal yang baik dan harus kita terima. Yang harus kita perhatikan adalah bagaimana kita merespons? Bagaimana reaksi kita? Bukan tentang perasaan mereka, bukan tentang ketidakadilan itu. Tapi apa yang terjadi akibat dari tidakadilan itu. Disini letak permasalahannya

Poin keempat, penulis ingin mengajak pembaca untuk merenung, kenapa orang suka mencemoohkan Islam? Mengapa mereka selalu membuat lelucon tentang Islam? Mengapa mereka menghina Islam? Mengapa mereka membuat kartun-kartun seperti itu? Kenapa begitu banyak propaganda dan begitu banyak ujaran kebencian kepada Muslim, termasuk ketidakadilan dalam dunia jurnalis melalui kolom editorial.

Framing terhadap Islam makin ke sini makin menarik. Awalnya mereka menyebutnya dengan Islam radikal, yaitu ditujukan kepada kelompok yang fanatik, militan yang inginnya membunuh setiap orang. Dan selalu menyepelekan para wanita.

Lalu lama kelamaan pemahaman itu berubah, bila kita melakukan shalat lima waktu bisa disebut sedikit radikal. Ketika perempuan berhijab, laki-laki berjanggut identik sebagai muslim yang radikal. Penulis tidak mengalami hal ini di Amerika, tapi terjadi di Eropa. Lalu pertanyaannya kenapa?


Mentalitas muslimpun akhir berkembang dan membentuk pola pikir: "mereka membidik kita." Para Kuffar ini membenci kita. Mereka menggunakan kartun melawan kita, mereka kerap melakukan propaganda kepada kita, mereka benci segalanya tentang Islam. mereka, mereka,mereka - kita tidak memiliki cermin untuk dilihat. Penulis mengingatkan bahwa Rasulullah juga diperolok, para sahabat juga diperolok. Seperti yang tertulis dalam surat Al Baqarrah ayat 212: ...wa-yaskharuna min alladhina amanu - para kuffar itu memperolok orang-orang yang beriman.

Lalu kenapa kita selalu diperolok? Memperolok adalah salah satu cara mereka dalam memadamkan semangat kita. Salah satu jalan agar Islam tidak terus berkembang. Karena mereka tidak tahu harus berbuat apalagi. Islam begitu membuka mata. Islam menjunjung keadilan, menggaungkan ketidakadilan yang terjadi di tengah masyarakat. Dan baik orang muda maupun tua mereka tertarik dalam Islam. Lalu mereka tidak tahu bagaimana menghentikan semua ini. Akhirnya mereka memilih taktik dengan menyebut Rasulullah SAW sebagai pembohong.

Tapi hal lain yang ingin disampaikan oleh penulis, adalah gaya hidup kita sebagai muslim. Pembawaan diri kita, masyarakatnya, jalan-jalan di tempat tinggal kita, rumah kita, praktik berbinis kita, pemerintah. Bila ingin melihat bagaimana korupsi terjadi, bisa kita lihat di dunia muslim. Parkir teratur di masjid aja begitu sulit dipraktekan. Satu-satunya kita begitu rapi dan teratur adalah merapatkan shaf saat shalat berjama'ah. Selain itu semuanya sulit terlaksana. 

Padahal kita suka sekali dengan quote sejarah Islam. Pencapaian-pencapaian Islam sebagai pendiri dari universitas pertama di dunia. Pada jaman itu, kalau ada orang yang mau belajar harus pergi ke Baghdad; lalu peran Islam saat Eropa kehilangan ilmu literasi. Mereka datang dan belajar dari kita. Kita semua suka dengan quote kebesaran dan kesuksesan Islam dalam sejarah, lalu apa fungsinya quote tersebut? Apa yang sudah kita lakukan? Apa kontribusi kita kepada dunia? Balik cara pandang orang di luar terhadap kita.




Pengalaman penulis pernah tinggal di Amerika, lalu pengalaman berinteraksi dengan muslim di Inggris dan Australia. Subhanallah. Pemilik bisnis muslim banyak yang berbohong kalau dalam urusan pajak. Apa aja alasannya termasuk, gak mau bayar sama kafir. Hah...gak mau bayar karena mereka kafir sementara bisnis mereka jualan bir. Mentalitas seperti ini bukan cerminan dari muslim. Mengaku muslim tapi saat memberi upah tidak layak. Mahr/mas kawin juga tidak diberikan pada istri. Tapi mereka bersuara keras kalau melihat ketidakadilan terjadi di luar sana. Padahal mereka sendiri melakukan ketidakadilan di rumahnya.
Mereka tidak memberikan alasan ketika memperolok Islam, tapi kita, muslim, tidak punya alasan ketika menolak untuk berkaca. Saatnya kita harus mau berkaca. Kita harus menyelesaikan masalah ini, dan berhenti untuk mengeluhkan apa yang dilakukan oleh orang terhadap Islam.

Penulis tahu sebagian besar dari pembaca bukan ulama, bukan mufti. Dan itu bukan halangan untuk bisa membedakan perbuatan mana benar atau salah. Karena Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu umat.   

Bila dua orang sedang berselisih. Berargumentasi. Yang kalah adalah orang yang berteriak dan marah-marah. Karena dia sudah tidak bisa berkata-kata lain. Frustrasi, akhirnya teriak-teriak membentak lawan bicaranya.


Semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai manusia yang berpegang pada Quran. Kita belajar sesuai dengan yang diperintahkan Allah. Sehingga kita bisa menghidupkan kejayaan Islam seperti dahulu sesuai dengan kapasitas kita masing-masing. Dalam keluarga, dalam usaha dan berbisnis. Kita lakukan sekarang dan mempersiapkan generasi muda dengan baik.📘



Tulisan ini termasuk dalam T30 hari BunCek batch#1
Kelas Kepompong
Hari ke-10


Comments

Popular Posts