Takdir Tersimpan dalam Lauh Mahfuzh

Mengikat makna buku Mengubah Takdir karya Agus Mustofa. Topik: Tersimpan dalam Lauh Mahfuzh


Disini penulis menyampaikan banyak orang yang terjebak dalam pemahaman takdir sudah ditemaktub di dalam kitab induk, Lauh Mahfuzh, dan tidak bisa dirubah.

Penulis merujuk QS Yunus ayat 61: Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). 

Secara gamblang ayat di atas menceritakan bukan hanya benda dan tempat, atau kejadian yang tak terkait dengan manusia.  Aktivitas manusiapun tercatat dalam kitab itu. Dijelaskan lebih lengkap dalam QS Huud ayat 6: Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).

Dalam QS Al Kahfi ayat 58 dan 59, memberikan pemahaman bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Pengampun  dan Pemberi Rahmat.  Dia tidak ingin mengazab hamba-hambaNya yang berbuat zalim secara langsung.  Allah menunggunya sampai waktu tertentu agar ia bertobat dan memperbaiki kesalahannya.  Allah tahu, bahwa manusia bersifat tergesa-gesa dan sering lalai. Jika Allah secara langsung menghukum manusia karena kesalahannya secara langsung, tidak akan ada makhluk yang tersisa di muka bumi ini. Semuanya kena azab dan hukum sebab-akibat yang berlaku. Seperti pada ayat Quran di bawah ini. 

Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya, QS An-Nahl:61.

Rahmat dan Rahim Allah sangat dominan dalam menentukan takdir.  Allah bahkan menagguhkan azab bagi orang-orang yang zalim. Tapi penangguhan azab itu sebenarnya juga menyebabkan bertumpuknya akibat. Sehingga ketika azab itu datang, menjadi demikian parah dan dahsyatnya.
Akumulasi dosa akan menimbulkan azab yang semain besar.  Lebih lama kita tidak segera bertobat, dosa akan bertambah. Maka akan semakin beratlah akibat yang bakal kita tanggung.

Menurut penulis, Lauh Mahfuzh adalah kitab yang berisi segala kemunkinan peristiwa yang terjadi di alam semesta.  Takdir manusia ditetapkan sebagai modus yang munkin terjadi.  Bukan peristiwa mutlaknya. Bukan panjang pendeknya waktu. Mekanisme dan urutan waktunya terjadi seiring dengan pergerakan waktu yang mengikuti usia alam semesta pada tulisan berikutnya.📘



#tantangan30hari
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional
#day26


Tulisan sebelumnya Antara Takdir dan Kehendak.

Review tulisan Nouman Ali Khan Renungan dari Paris: Charlie Hebdo







Comments

Popular Posts