Lebaran di tengah Pandemi Covid-19

Lebaran tahun ini terasa beda bagi hampir semua orang. Momen kebahagian dan kehagantan yang dinanti tidak bisa dinikmati. Di tengah pandemi Covid-19 ini di semua daerah bahkan negara melarang warganya untuk melakukan perjalanan, termasuk mudik. Agar bisa memutus mata rantai penularan.

Meskipun demikian, dari berita yang saya ikuti di media online. Di Indonesia tidak sedikit warga yang memutuskan untuk tidak tinggal di rumah saja. Mereka nekat mudik agar makna lebaran tetap mereka nikmati.

Bagi saya yang tinggal di perantauan, tidak mudik saat lebaran bukan hal yang aneh. Karena adanya perbedaan waktu libur sekolah anak-anak dan lama liburan Idul Fitri di Singapura.  

Lebaran tahun ini sebetulnya, bila tidak ada pandemi Covid-19, saya bisa mudik.  Karena jadwal liburan sekolah semesteran mulai 22 Mei hingga 21 Juni. Jadi terasa leluasa menikmati liburan di kampung halaman. Kita sebagai manusia memang hanya bisa merencanakan.

Bagi warga Singapura, perayaan lebaran ini bisa berlangsung sampai satu bulan. Libur  nasional yang resmi memang hanya satu hari. Tapi di setiap hari Sabtu dan Ahad di bulan Syawal, para muslim akan mengadakan kunjungan kepada keluarga. Mereka bergiliran mengadakan open house

Sementara saya yang tidak punya saudara muslim di Singapura, biasanya setelah shalat Ied, ya langsung pulang. Makan bersama menyantap menu lebaran, telpon orangtua dan saudara di tanah air. Setelah itu biasanya kami nonton tv deh di rumah, leyeh-leyeh. Seperti hari biasa banget. Tetangga dekat biasanya suka pulang, sekalipun hanya libur 3-4 hari bila kebetulan hari raya jatuh mepet ke akhir pekan. 

Untuk saya, libur singkat seperti itu tidak bisa pulang kampung. Karena kondisi macet jelang lebaran, jarak tempuh dari bandara Soekarno - Hatta ke rumah mama bisa 5-7 jam. Jadi total perjalanan bisa hampir 12 jam. Lalu lebaran hari kedua sudah harus bersiap lagi pulang ke Singapura. Yang ada anak-anak merasa cape di jalan, tidak bisa menikmati lebaran. 


Jadi lebaran hari ini, saya merasa banyak teman yang merayakan lebaran di perantauan alias tidak mudik. Banyak teman tapi tidak bisa saling kunjung layaknya lebaran karena adanya aturan PSBB, di Singapura kami menyebutnya Circuit Breaker (CB). 

Di tengah aturan CB ini saya dan sebagian teman masih bisa saling hantar kue atau masakan hari raya dengan mengikuti aturan tentunya. Kami janjian ketemu di suatu tempat umum, di depan pintu pagar kompleks atau bila punya tetangga satu blok bisa antar sampai depan pintu rumah. Tekan bel di pintu, lalu tinggalkan makanan di depan pintu. 

Pertemuan singkat dengan tetap jaga jarak aman ini terasa istimewa bagi saya. Meskipun tidak bisa ngobrol sambil menikmati menu lebaran seperti umumnya. Ada perasaan hangat yang memenuhi rongga hati. Ma syaa Allah tidak pernah terpikir akan mengalami hal seperti ini. Saling hantar hidangan hari raya. Kebiasaan yang dilakukan saat berlebaran di tanah air.

Saya sangat bersyukur atas nikmat ini. Diberikan kesehatan dan kesabaran selama pandemi. Dan merasakan kebersamaan lebaran di perantauan. Kita tidak perlu ngotot dengan keadaan. Terima dengan lapang dan besar hati yakin akan ada hikmah dan nikmat dari segala kondisi.💚













Comments

Popular Posts