Mengenal Metode Speed Reading

gejolak hati saat pertama kali setelah selesai baca novel dengan  speed reading, 
haruskah belanjut?


Sudah lama pengen banget bisa belajar fast atau speed reading. Alasannya sih biar baca buku nggak tertunda-tunda.  Bagaimana caranya ngaku sebagai orang yang punya hobi baca buku tapi kok bisa menunda baca buku?
 
Perasaan bersalah, itu alasannya. Seperti orang lain yang suka membaca buku, tentu saat asik membaca kita suka lupa sama sekeliling, termasuk kerjaan yang harus dilakukan hari itu. Setelah waktu mepet baru deh ngebut ngerjain ini itu biar.  Kalau masih single sih gak apa, terus kalau sudah punya anak apalagi masih balita. 

Sempat membiasakan diri untuk baca buku malam hari setelah anak-anak tidur, terus keasikan sampai begadang. Tidak jarang saat melihat waktu yang sudah begitu larut melewati tengah malam, akhirnya suka memaksakan diri merem sekalipun rasa kantuk belum datang. Dan sudah bisa diterka, kurang tidur malam pasti akan mempengaruhi mood esok harinya. Produktivitas menurun dan terus aja lingkaran itu berlanjut. 

Dalam satu bulan ini, saya cukup aktif mencari-cari artikel tentang speed reading, termasuk ngubek-ngubek youtube. Dari sini kebanyakan artikel speed reading merupakan advetorial yang ujungnya mengajak untuk gabung program berbayar untuk belajar speed reading.

Dari pencarian itu, salah satu metode yang menarik untuk dipraktekan adalah hasil wawancara Michel Wozniak oleh MCC Academy. Michel Wozniak merupakan 2016 world champion speed reading.

Saya praktekan untuk membaca novel Maryan Keyes yang tebalnya 505 halaman, dengan ukuran buku lebih besar dari A5. Dan buku itu bisa rampung kurang dari seminggu. Tentu ini masih terlalu lambat. Saya percaya dengan peribahasa practise makes progress.  Selain perlu praktek, saya termasuk tipe orang yang suka menikmatik proses tersebut karena biasanya suka mendapat ide-ide baru yang mencerahkan. 

Setelah praktek baca buku tersebut, saya merasa kok tega banget ya para pelaku speed reader itu. Untaian kata indah yang dibuat oleh si penulis dengan sungguh-sungguh justru tidak mereka nikmati. Padahal kita tahu bagaimana para penulis berusaha menuangkan apa yang ada dalam pikiran mereka menjadi kalimat yang indah dan enak dibaca. Ada perasaan protes yang muncul dalam hati.

Lalu apakah tetap berlanjut untuk belajar tentang speed reading
Saya putuskan iya. Sekali lagi saya percaya justru di saat berulang-ulang melakukan speed reading saya bisa menemukan ide baru. Ada dua buku yang menunggu dijadikan teman mempraktekan speed reading. In syaa Allah, Syawal saya akan memulai kembali. Kali ini fokus dalam lima hari terkahir di bulan Ramadhan. 

Bismillah...








Comments

Popular Posts