Rahasia Shalat, part 1

Shalat adalah rukun Islam yang kedua. Kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim lima kali dalam sehari. Melaksanakanya dengan sungguh-sungguh akan menentramkan hati seperti yang firman Allah yang tertuang dalam QS Ar-Ra'd ayat 28,  Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Tulisan ini merupakan upaya saya dalam mengikat ilmu dari apa yang sudah saya baca tentang Rahasia Shalat. Pada episode pertama ada lima poin utama yang menjelaskan lebih detail dan membuka mata tentang manfaat dan peran shalat bagi kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Dan bagaimana bila kita melakukan shalat sekedar mengugurkan kewajiban. Sekedar melakukan ritual ibadah. 



Untuk  siapa shalat?



Menurut Ibnul Qayyim, shalat merupakan bentuk kasih sayang Allah SWT kepada para hamba-Nya. Perintah mendirikan shalat merupakan petunjuk sebagai rahmat dan kehormatan bagi mereka agar dapat meraih kemuliaan, kemurahan serta dapat menggapai kedekatan dengan Allah SWT. Bukan karena Allah yang butuh disembah. 



Allah SWT menjadikan shalat sebagai sarana untuk merealisasikan ibadah dengan hati dan anggota badan. Tatkala hati sepenuhnya menghadapkan diri kepada Sang Maha Pencipta, hamba pasti dan merasakan berbahagia dan lezatnya kedekatan dan kecintaanya pada Allah SWT.
Hamba berdiri di hadapan-Nya tanpa menoleh kepada hal (memikirkan urusan) lain, penyempuranan hak-hak ubudiyyah (penghambaan diri) lahir dan bathin sesuai ketentuan yang diridhai Rabbnya.


Gerakan-gerakan shalat itu ditetapkan berdasarkan amalan hati, yaitu khusu, tunduk dan pasrah menerima. Setiap organ tubuh memiliki hak ubudiyyah (penghambaan diri). Itulah inti dan tujuan dari ibadah shalat. Penghadapan diri serorang hamba kepada Penciptanya dengan sepenuh jiwa dan raganya. Balasan yang didapat berupa kedekatan dan meraih anugrah-Nya baik di dunia maupun di akhirat. 


Penghadapan diri ini juga sebagai cerminan bahwasanya seluruh manusia akan dihadapkan kepada Allah pada "Hari Pertemuan" di akhirat kelak. 


Dalam buku Rahasia Shalat menurut Ibnul Qayyim yang diterjemahkan oleh Dr. Malik Sya'ban, dijelaskan lebih detail bahwa shalat itu bagai penyejuk hati. Kenikmatan spiritual dan taman bagi hamba-hamba dalam mengesakan Allah. Buah bagi jiwa yang tunduk. 



Beristirahat dengan mendirikan shalat

Dalam Hadist Riwayat Abu Dawud, yang dishahihkan oleh Al-Abani, Ketika suatu hari Rasulullah SWA datang dan merasa ingin memenangkan hati dari kelelahan dan kepenatan, beliau bersabda:
"Wahai Bilal, kumandangkanlah iqamah shalat, buatlah kami merasa nyaman dengannya."

Kalimat ini memiliki arti kumandangkanlah iqamah shalat agar kami bisa beristirahat dari penatnya kesibukan. Sebagaimana orang yang melepaskan lelah atau beristirahat saat baru tiba di rumahnya.


Bagi orang yang beristirahat dengan mendirikan shalat, dia akan merasakan kesejukan hati dan jiwanya. taman peristirahatan raganya. Selain mendapatkan nikmat ini, dia juga mendapatkan derajat lebih dari sekedar pahala, yaitu kedudukan mulia di hadapan Allah SWT. 


Bisa dianalogikan sebagai seorang hamba sahaya yang masuk ke dalam sebuah istana raja. Dinding penghalang antara dirinya dengan raja disingkapkan. Sehingga iapun merasa bahagia, tenang jiwanya. Jiwa dan raganya tunduk di hadapan-Nya. 




Beristirahat dari shalat

Beristirahat dari shalat cocok bagi mereka yang merasa shalat membelenggu raganya dan penghalang jiwanya dalam kesenangan duniawi. Ini bisa terjadi bila seseorang terbiasa menunda shalat karena urusan lain yang bisa ditunda sejenak.

Boleh jadi dengna pelaksanaan shalat itu dia mendapatkan pahala dan dosa-dosanya terhapuskan dan mendapatkan bagian rahmat sesuai degna tingkat ubudiyyah atau penghambaan dirinya kepada Allah SWT. Tapi bisa jadi juga orang tersebut mendapatkan hukuman berdasarkan kekurangan yang terdapat dalam pelaksanaan shalatnya.


Bila dianalogikan seperti diatas, seorang hamba sahaya yang masuk ke dalam sebuah istana seorang raja. Sementara ada dinding penghalang antara ia dengan pemilik istana terseabut. Kondisi ini membuatnya tidak dapat meraih kebahagiaan melihat sang raja, karena terhalang oleh dinding syahwat, kabut hawa nafsu dan asap hitam angan-angan. Hatinya tidak ikut hadir di situ, jiwanya berkubang dalam hawa nafsu.  Ingin segera terlepas dari belenggu sesaat itu dan kembali kepada kesenangan semu yang dia angankan.




Wujud kasih sayang Allah

Ketika Allah SWT memberi cobaan kepada hamba-Nya dengan syahwat dan hasrat jiwa yang condong pada keinginan hawa nafsu atau pada tuntutan tabiat kemanusiannya. 
Rahmat dan kasih sayang Allah Yang Maha Penyayang mensyariatkan shalat untuk mengembalikan hamba-Nya yang telah tersesat. Memperbaharui keimananya yang usang.

Masa di antara dua waktu shalat mengandung hikmah. Bila kita melakukan kesalahan pada saat itu. Maka ketika waktu shalat tiba akan membuat kita bahagia, terhibur dan segera memohon ampunan atas dosa yang baru diperbuat.

Ibadah shalat ibarat jamuan Allah SWT, suguhan kepada hamba-Nya. Lima kali dalam sehari. Dalam setiap jenis hidangan tersimpan kelezatan, manfaat, maslahat dan ketentraman tersendiri bagi hamba yang diundang dalam jamuan itu. Usai menikmati lezatnya sajian pada jamuan ini, hati sang hamba yang sebelumnya terasa kering, tandus kini kembali segar terbasuh oleh hidangan yang penuh nutrisi yang dibutuhkannya.  

Setiap gerakan yang dilakukan hamba di dalam shalat menjadi penghapus setiap perbuatan tercela. Allah menetapkan baginya cahaya dan kekuatan di dalam hati dan anggota badannya, serta pahala tersendiri kelak pada hari pertemuan dengan-Nya.  

Ibarat hujan menyirami bumi

Saat kekeringan dan kegersangan melanda jiwa dari waktu ke waktu, maka undangan jamuan berupa shalat ini solusinya. Sang hamba memohon curahan air langit agar dapat menghujani hati dan menghilangkan dahaga agar tanaman iman tetap bisa tumbuh subur dan kuat tidak mudah tercabut dari hati dan jiwanya. 

Kelalaian yang melanda hati manusia seperti musim paceklik dan kekeringan. Bila hati senantiasa berada dalam keadaan berdzikir dan bertaqarrub kepada Allah. Maka curahan rahmat akan turun kepadanya seperti hujan yang turun menyirami bumi. Keimanan yang kuat dan kaya, seperti sebatang pohon yang tumbuh subur disirami oleh hujan rahmat yang menjadikannya lentur dan basah. Menghasilkan buah yang bisa dipetik dan dinikmati. Demikian juga sepertinya buah ibadah yang sudah dilakukan kita dengan penuh keikhlasan. 


Bila kelalaian telah menguasai hati, maka keadaannya akan kering dan hampa dari nilai-nilai tauhid. Sementara api syahwat akan meliputinya dari berbagai raah bagaikan diterpa gelombang angin panas.  Ibarat bumi yang tanahnya gundul. Akar, batang dan rantingpun kering.


Materi keimanan itu bekerja efektif di dalam hati dan seluruh anggota badan. Jika hati gersang maka dahan-dahannya tidak dapat merealisasikan berbagai amal kebajikan. Karena materi hati dan kehidupannya telah tercabut. Sehingga materi itu tidak bisa menyebar ke setiap anggota badan untuk menual buah ibadahnya.


Dan sesungguhnya setiap anggota badan pada seorang hamba terdapat kewajiban ubudiyyah atau pengambaan serta ketaatan tersendiri. Anggota badan itu diciptakan dan disediakan hanya untuk tujuan tersebut. Ma syaa Allah, semoga kita mampu menyuburkan hati agar keimanan kita semakin kuat. 📘





Sumber: Manfaat Shalat, menurut Ibnul Qayyim. Penerbit: Pustaka Imam Asy-Syafi'i. Terbit 2016.
Image: Kumparan.com


Comments

Popular Posts