Rahasia Shalat, part 2


Sebelum melaksanakan shalat, kita wajib berwudhu terlebih dahulu. Dengan berwudhu kita membersihkan diri dari segala kotoran agar saat menghadap Allah dalam keadaan suci dan bersih. Penting untuk kita ketahui wudhu tidak saja membersihkan lahir tapi juga secara bathin.

Sebelum memasuki bahasan peran anggota tubuh dalam ibadah shalat, saya menyampaikan hikmah wudhu terlebih dahulu. Karena hal ini sangat berkaitan erat dengan hak ubudiyyah sang hamba seutuhnya kepada Sang Pencipta.

Hikmah Wudhu 

Rasulullah mensyariatkan kepada umatnya setelah berwudhu agar mengucapkan syahadat kemudian berdoa: Allhumaj'alnii minattawwabina waj'alnii minalmutathohhiriin. Artinya: "Ya Allah jadikanlah aku termasuk golongan hamba-Mu yang bertaubat, dan jadikanlah aku termasuk hamba-Mu yang senantiasa mensucikan diri." Hadist Riyawat  At-Tirmizi dalam kitab Sunan-nya (no 55), dishahihkan oleh al -Albani.


Dalam buku Rahasia Shalat menurut Ibnul Qayyim, dengan berwudhu seorang hamba menyempurnakan tahap-tahap ubudiyyah dan pensucian diri lahir dan batin.  Sebab dengan bersyahadat berarti ia telah mensucikan diri dari kesyirikan, dengan bertaubat ia telah mensucikan diri dari segala dosa. Dan dengan air ia mensucikan diri dari kotoran yang menempel di badan. Sempurnalah unsur-unsur penyucian diri lahir dan batin sebelum berdiri menghadap Allah SWT.


Sesuai dengan HR Muslim dalam kitab Shahih-nya (no.244), Rasulullah bersabda: Jika seorang hamba muslim berwudhulalu membasuh wajahnya, maka keluarlah dari wajahnya seluruh dosa yang ia lakukan dengan kedua matanya, bersamaan dengan basuhan air (atau tetesan terakhrinya); jika dia membasuh tangannya, keluarlah dari tangannya seluruh kesalahan yang dilakukan oleh kedua tangannya bersamaan degnan basuhan air (atau tetesan terakhir), jika dia membasuh kedua kakinya, keluarlah seluruh kesalahan yang dilakukan oleh kedua kakinya bersamaan dengan basuhannya (atau tetesan terakhirnya); hingga akhirnya dia keluar dari berwudhu dalam keadaan bersih dari segala dosa.

Pendayagunaan Anggota Tubuh dalam Shalat

Kewajiban shalat itu ditetapkan dalam rangka mendayagunakan seluruh anggota tubuh dalam bentuk pengabdian, menyertai pengabdian hati. Ada tiga golongan pendayagunaan anggota tubuh manusia dalam ibadah shalat:

1. Orang yang mendayagunakan anggota tubuhnya sesuai dengan tujuan penciptaannya. 
Orang ini diibaratkan sedang berbisnis dengan Allah SWT, dan dia mendapatkan keuntungan besar. 

Bila diumpamakan orang ini diberi sebidang tanah luas yang subur dekat dengan sumber air untuk ditanami. Dia juga diberikan peralatan yang dibutuhkan lengkap dengan bibitnya. Mulailah bercocok tanam dan dia juga menyiapkan obat anti hama.  Tidak saja memelihara tanaman yang tumbuh subur, memangkas dahan atau daun yang kering.  Saat panen tiba, dia menyisihkan keuntungannya sebagai modal untuk memakmurkan dan menyuburan kebun tersebut. 

Orang ini telah merealisasikan dasar tujuan mereka diciptakan. Tatkala ia bergerak, diam, berdiri, duduk, makan, minum, tidur , berpakaian, berbicara ataupun membisu, semuanya menghasilkan pahala, bukan dosa. Senantiasa mengkondisikan dirinya dalam nuansa dzikir, ketaatan dan pendekatan diri kepada Allah SWT. 

2. Orang yang tidak mendayagunakan anggota tubuhnys sesuai dengan tujuan pokok perciptaannya.
Golongan ini termasuk orang yang sia-sia dalam usahanya, mengalami kerugian. Karena luput mendapatkan keridhaan dan ganjaran pahala dari Rabbnya. Bahkan dia mendapatkan kemurkaan Allah. 

Dia tidak menggunakan sebidang tanah luas dan subur itu dengan benar. Dibiarkannya lahan itu tidak terurus, dijadikan tempat pembuangan sampah. Memudahkan serangga, binatang berbisa dan berbahaya lainnya  berkembang biak. Perumpamaan orang yang berlaku khianat atas nikmat yang dianugerahkan Allah SWT Khianat ini termasuk perbuatan jahat, baginya bukan pahala namun dosa yang didapat.

3. Orang yang tidak mendayagunakan anggota tubuhnya, tidak memfungsikannya sebagaimana mestinya. Golongan ini merupakan orang yang tidak beramal, yang mengalami kerugian besar karena suka bermalas-malasan. Dia hanyut dalam kelalaian dan hawa nafsunya, menuruti hasrat dan tabi'at jiwanya. Tidak mencari keridhaan Allah dan pendekatan diri. Dia telah menyia-nyiakan hidupnya dengan sesuatu yang tidak berharga.

Perintah Allah SWT dalam melaksanakan shalat lima waktu adalah sebagai rahmat-Nya kepada umat manusia. Dalam shalat terkandung berbagai bentuk praktek ibadah, agar orang yang malaksanakannya dapat meraih ganjaran kebaikan dan karunia-Nya dari setiap ucapan, perbuatan gerakan dan diamnya. 📘




Tulisan sebelumnya Rahasia Shalat, part 1
Tulisan tentang Rahasia Shalat, part 3

Sumber: Manfaat Shalat, menurut Ibnul Qayyim. Penerbit: Pustaka Imam Asy-Syafi'i. Terbit 2016.
Image from: Raiyan Foundation



Comments

Popular Posts