Rahasia Shalat, part 4

Dalam tulisan ke empat ini, saya mengikat makna takbir dan doa iftitah yang merupakan tiga topik dari buku Rahasia Shalat menurut Ibnul Qayyim. Setiap kita merubah gerakan dan posisi shalat selalu diawali oleh takbir. Dan setelah mengetahui betapa besarnya makna takbir dalam shalat, benar-benar merupakan pencerahan dan mengubah kualitas shalat saya. Tulisan untuk diri sendiri ini sebagai salah satu mengikat ilmu dari bacaan, semoga bisa memberi manfaat juga kepada siapapun yang membacanya.

Ketika sedang shalat, kita menghadap ke arah kiblat, rumah Allah yang disucikan, dengan sepenuh hati. Mengangkat kedua tangan, berserah diri dan menundukkan kepala. Hati khusu, pandangan tertunduk jiwapun tidak berpaling dari-Nya. 

Kita mengucapkan  takbir, Allahuakbar, artinya mengangungkan Rabb secara lisan dan hati mengikuti dengan penuh kepatuhan. Bila hati masih memikirkan lain artinya ada yang lebih penting dari Allah. Takbir hanya terucap sekedar lisan semata. 

Sesungguhnya ucapan takbir telah menganggalkan pakaian keangkuhan yang bertentangan dengan prinsip ubudiyyah (penghambaan diri), mencegah hati berpaling kepada sesuatu selain Allah SWT. Bahwasanya Allah Maha besar atas segala sesuatu, Allah Maha Mulia, Maha Agung, Maha Perkasa Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.

Dalam HR Abu Dawud juga HR at-Tirmidzi, siti Aisyah ra mengatakan bahwa Rasulullah SWA memulai shalatnya dengan bacaan✷: Subhaankallahuma wabihamdika watabaarokasmuka wata'aala jadduka walla liaha ghoiruka. Artinya "Maha suci engkau ya Allah, segala puji harga bagi-Mu, Mahasuci Nama-Mu, Mahatinggi keagunagan-Mu dan tiada ilah yang berhak diibadahi selain Engkau.

Saat seseroang mengucapkan "Mahasuci Engkau ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu", berarti dia telah memuji dan mensucikan Allah SAW dari segala aib dan kekurangan. Dia telah keluar dari kelalaian dan tidak ada dinding penghalang antara dia dengan Rabb-Nya.  Pujian ini mengandung adab-adab ubudiyyah, yang membantu upaya seorang hamba dalam menghadapkan diri kepada-Nya. 

Sebelum membaca QS Al-Fatihah dan surah lainnya dalam shalat, kita harus mengucapkan isti'adzah yang mengandung makna permohonan perlindungan kepada Allah SWT. Karena kondisi saat itu syetan akan berupaya keras untuk menggoda agar kita tidak menghadap dan memuji Allah SWT. Sekalipun lisan dan gerakan tetap terlaksanan setidaknya hati dan pikiran tidak ikut terlarut dalam ibadah itu, tidak khusu. Membisikan urusan-urusan duniawi sehingga tidak menghayati dan memahami ayat-ayat Allah yang menjadi akar kehidupan hati. Putuslah kewajiban ubudiyaah kita, di hadapan Allah.  

Allah mengetahui ketangguhan syetan dalam menggoda sorang hamba dalam shalatnya. Dan Allah juga mengetahui hambanya terlalu lemah untuk menghadapi godaan tersebut. Maka allah memerintahkannya supa memohon perlindungan serta pertolongan keapda keapdaNya untuk menghidari godaan tersebut dengan membaca isti'adzah, A’udzubillahi minasy syaithanir rajim.

Ketika syaitan menjauh darinya, hati dapat terus memahami makna-makna bacaan Al Quran.  Faktor penghalang untuk meraih semua itu adalah hawa nafsu dan syaitan. arena hawa nafsu manusia cenderung mendengarkan dan merespon bisikan syaitan. Ketika syaitan dijauhkan dari jiwanya, malakikat akan endekati jiwanya dan meneguhkannya, lalu mengingatkan kepada jiwa tersebut segala hal yang membawa kepada kebahagiaan dan keselamatan.

Menurut Ibnul Qayyim, di saat sang hamba sedang membaca Al Quranul karim, sesunggunya dia sedang berbicara dengan Rabbnya dan bermunajat kepada-Nya. Betapa kita harus mengagungkan sekaligus menikmati moment ini dengan meresapi dalam hati. Beruntunglah orang-orang yang memetik buah dari ibadah ini. ketenangan hati yang penuh kedamaian. 📘 

Tulisan sebelumnya Rahasia Shalat, part 3

Sumber: Manfaat Shalat, menurut Ibnul Qayyim. Penerbit: Pustaka Imam Asy-Syafi'i. Terbit 2016.

  ✷Doa-doa iftitah yang berasal dari nabi SAW ada beberapa macam, teruruai dalam kitab Shifatu Shalatin Nabi SAW min Takbir ila Taslim Ka'annaka Taraha buah karya Al-Albani (halaman 91-95).