Catatan Mamak Mengenalkan Cinta Buku pada Anak


image of Bril!o.net


Kalau boleh jujur fantasi aku dalam ilmu parenting adalah membuat anak-anak cinta buku. Dalam pemikiranku membaca bisa menjawab segala permasalahan dan kebutuhan dalam hidup. Begitu banyak quote tentang manfaat membaca jadi itu cukup menjadi alasan kenapa saya memilih cinta buku. 

Begitu banyak cara , tips dan metode untuk para orangtua agar membuat anak-anak cinta buku sejak kecil. Yang saya lakukan adalah sederhana saja. Dengan menyimpan buku di sekitar tempat anak-anak bermain. Membacakan merkeka buku. Sesering mungkin anak-anak melihat saya membaca buku. Karena anak-anak selalu mencotoh dan meniru apa yang sering mereka lihat 

Dulu, waktu si sulung masih kecil, saya juga mengenalkan menulis diari. Dengan media buku sampai gadget. Setidaknya saat dia megang handphone dia tidak saja main games tapi juga chatting bersama saya. Setidaknya dia belajar menulis, menyusun kalimat dengan pengejaan yang benar dengan senang. 

Saat dia masuk Sekolah Dasar saya membuatkan blog. Kebanyakan memang saya yang menuliskan kegiatan dia. Dan memintanya untuk membaca ulang setiap postingan. Tidak jarang kegiatan ini membuat dia ingin menuliskan sendiri kegiatannya. Terutama kalau liburan atau sekedar jalan di hari Ahad. 

Alhamdulillah dari sekolah juga para murid digalakan untuk membaca buku. Selain membeli buku bacaan yang ngehits bagi anak-anak SD, saya juga mengenalkan buku cerita klasik Enid Blyton. Setiap ke toko buku pasti merengek minta beli buku, dan selalu saya ikuti kemauannya. Sayangnya sekarang ini minat membaca bukunya menurun karena lebih asik dengan main games online.

Kegiatan pergi ke perpustakan baik bersama sama maupun sama teman-temannya masih tetap berlangsung. Pinjam beberapa buku tapi jarang menamatkanya. Yang jadi kendala saya merasa kekurangan referensi buku bacaan fiksi yang "aman" untuk anak yang baru beranjak remaja. Singapura bisa dikatakan surga bagi pecinta buku. Karena perpustakaan hadir di setiap area dan pilihan bukunya juga lengkap.  Tapi bacaan anak-anak remaja yang diminati zaman sekarang seringkali membuat saya mengelus dada. Jadi melemahnya daya baca si sulung dibuat kesempatan bagi saya untuk mengarahkan dia dalam kegiatan menulis. Erat kaitannya antara membac dan menulis. Ketika dia butuh referensi untuk tulisanannya setidaknya dia akan membaca. Sehingga secara tidak langsung genre bacaan pun lebih aman. 

Untuk si bungsu, selama ini kalau ke perpustakaan selalu ke area todler. Asik dengan buku-buku yang lembarannya tebal dan kaya akan warna. Yang lebih dikenal dengan istilah busy book dan quiet books.  

Saat pandemi Covid-19 mendera, perpustakaan tutup, saya membongkar harta karun peninggalan si kakak. Berupa buku cerita komik Adventure Science dan Bed Time Stories book. Alhamdulillah bisa memenuhi rasa dahaga si bungsu yang sudah lancar membaca. 

Strategi lama tetap saya lakukan, menyimpan buku dimana aja. Agar memudahkan dia ngambil buku untuk dibaca. Jadwal membaca buku sayapun dibuat lebih sering saat dia sepulang sekolah. Meskipun hanya beberapa lembar tidak mengapa. 

Ahad yang lalu, kami bertiga kali pertama keluar rumah setelah berakhirnya Circuit Breaker (1 Juni). Setelah makan siang, kami pergi ke toko buku karena si kaka perlu membeli buku untuk keperluaan sekolah. Sampai di sana kita berpencar. 

Si bungsu tentu ikut saya. Dia belok ke arah stasionaries. Saya ijinkan dia mencoba beberapa pulpen berwarna. Cukup mencoba tidak untuk dibeli. Karena di rumah masih banyak pensil berwarna. Kalau ingin pakai pulpen boleh pinjam punya saya.  

Lalu saya ajak ke tempat buku anak-anak. Dia teriak melihat buku cerita karakter kartun yang sering dia tonton. Saya ikuti dan bilang bahwa dia bisa baca buku itu. Selama bukunya tidak dibungkus plastik boleh dibaca. Tapi harus dipegang dengan benar jangan sampai terlipat apalgi sobek. Tidak lama dia tenggelam dengan buku cerita itu. 

Saat saya bilang mau ke pojokan novel fiksi sekitar 5-6 meter dari tempat dia baca buku. Dia tidak keberatan. Saya tinggalkan dia. Sebetulnya hanya ingin mengetes saja. Melihatnya dari kejauhan yang asik membaca. Pelajaran hari itu bagi si bungsu bahwa pergi ke toko buku bukan hanya untuk peralatan kerajinan tangan dan stationaries, tapi juga bisa membaca buku yang dia suka.  

Sudah ngebayang kunjungan ke perpustakan nanti sudah bukan di area toddler lagi selain buku cerita juga bisa pinjam buku resep cookies lalu baking bersama. Mengenalkan secara perlahan bahwa buku bukan sekedar cerita tapi lebih dari itu. Mau baking kue, mau masak, atau mau membuat kerajinan tangan bisa juga. Seperti yang Malcom Gladwell bilang dalam bukunya yang berjudul Tipping Point. Bahwa perubahan yang besar pun dimulai dari hal yang kecil.  ðŸ“˜

Comments

Popular Posts