Mengenal Ilmu Qiraat dan Tujuh Imam Qiraat

Ilmu Qiraat merupakan salah satu ilmu yang sangat berkaitan erat dengan Al Quran. Ilmu ini membahas kaidah pembacaan Al Quran dengan berbagai riwayat yang mutawatir dari Rasulullah SAW. Peran ilmu ini sangat penting bagi siapa saja yang memperlajari ilmu pembacaan Al Quran dengan bermacam riwayat.

Saya mengenal ilmu Qiraat melalui Tahsin yang diadakan secara rutin pada hari Jumat. Bersyukur mendapatkan guru yang tidak saja mempelajari ilmu Qiraat, juga menguasai semua tujuh ilmu Qiraat yang diakui. Alhamdulillah hampir satu tahun ini saya juga belajar membaca Quran riwayat Syu’bah setiap hari Rabu pagi selama satu jam.

Selain belajar talaqi riwayat Syu’bah, saya dan pembimbing juga sering berdiskusi. Termasuk membahas pesan yang sering viral di whatsapp tentang adanya pendapat beredarnya Quran yang menyesatkan. Alasannya karena ada perbedaan dalam penulisannya. Kami berpikir apakah ini berhubungan dengan ilmu Qiraat yang belum dikenal secara umum. Hanya dikenal di pesantren besar. Wallahualam.

Ketika berbicara tentang ilmu Qiraat, kita harus menelusuri sejarah pengumpulan Al-Quran. Dalam buku Panduan Bacaan Qiraat 10, dijelaskan perbedaan Al Quran di jaman Rasulullah SAW, Saidina Abu Bakar r.a dan Saidina Utsman r.a.

Pada jaman Rasullah SAW, Al Quran dihapal oleh para sahabat  dan ditulis diatas kulit binatang. Kertas yang digunakan terbuat dari pohon tamar serta diukir pada batu. Al Quran tidak dikumpulkan dan surahnya tidak tersusun.

Pada jaman Saidina Abu Bakar, Ayat-ayat Al Quran tersusun pada setiap surah tetapi surah-surahnya masih tidak tersusun dan dinamakan Suhuf.

Pada jaman Saidina Ustman, ayat-ayat Al-Quran tersusun pada setiap surah dan surah-surahnya juga tersusun seperti yang kita lihat pada hari ini dan dinamakan Mushaf


Sejarah Pengumpulan Al Quran

1. Jaman Saidina Abu Bakar r.a
Sebab pengumpulan adalah banyaknya para sahabat penghapal Al Quran yang gugur di medan perang. Keadaan ini membuat Saidina Umar r.a mengutarakan pendapatnya kepada Khalifah pertama sejak meninggalnya Rasulullah untuk mengumpulkan ayat-ayat Quran.

Pada awalnya Saidina Abu Bakar sedikit keberatan dan ragu-ragu karena hal ini tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW, khawatir pengumpulan ini akan dianggap bid’ah.

Lalu setelah melakukan diskusi mendalam bersama Saidina Umar r.a, beliau mengumpulkan ayat-ayat Quran demi menjaga agar tidak hilang. Zaid bin Tsabit dilantik untuk mengumpulkan dan menuliskan Al Quran, yang selanjutnya dikenal sebagai Suhuf. 

Suhuf disimpan oleh Saidina Abu Bakar, kemudian ketika beliau wafat, maka disimpan oleh Saidina Umar, lalu oleh Saidatina Hafsah binti Umar.


2. Jaman Saidina Utsman r.a
Sebab pengumpulan: saat tentara-tentara Islam yang menyebarkan agama ke Azerbaijian dan Armenia. Menjadi hal yang lazim ketika sedang rehat, para sahabat ini membaca Al Quran. Tentara dari Iraq mengambil bacaan dan mempelajari Al Quran dari Abdullah bin Mas’ud. Sementara tentara dari Syam mengambil bacaan dari Ubai Bin Kaab. 

Bacaan Abdullah bin Mas’ud dan Ubai bin Kaab ini memiliki perbedaan dalam bacaan Qiraat. Perbedaan ini disebut khilaf.

Perbedaan ini menimbulkan adanya rasa saya yang paling benar. Huzaifah bin Yaman yang menyaksikan hal ini melaporkan kepada khalifah Utsman r.a

Tindakan yang dilakukan oleh Utsman bin Affan adalah mengarahkan Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Al’Aash dan Abdul Rahman bin Harith bin Hisham untuk Mengumpulkan dan menulis Alqur’an sekali lagi. Lalu dinamakan Mushaf. Ayat dan surahnya sudah disusun seperti yang kita lihat pada hari ini.

Khalifa Usman mengantar beberapa orang Sahabat untuk mengajar Al Quran dan khilaf yang ada dalam tujuh huruf. Zaid bin Tsabit mengantar ke Madinah, Abdullah bin Saib ke Mekah, Mughoiroh bin Syihab ke Syam, Aba Abdurrahman as-Salmi ke Kufah dan Amar bin Abdul  Qis ke Basrah.

Saat ini dikenal ada  tujuh Imam Qiraat dan Rawinya:
1. Imam Nafi, rawinya adala Qolum dan Wars
2. Imam Ibnu Katsir, rawinya Bazii dan Qunbul
3. Imam Abu ‘Amru, rawinya Duri dan Susi
4. Imam Ibnu ‘Amir, rawinya Hisyam dan Ibnu Zakwan
5. Imam Asim, rawinya Syu’bah dan Hafs. Riwayat Hafs ini yang digunakan di Indonesia.
6. Imam Hamzah, rawinya Kholaf dan Kholad
7. Imam Kisaei, rawinya Abu Harith dan Duri.

Tujuh imam tersebut semasa hayatnya mereka telah membaca dan memasyurkan dengan Qiraat tersebut sehingga dikenal dan dinasabkan kepada mereka.

Dengan merujuk pada hukum belajar tajwid adalah fardu qifayah, sudah sepantasnya bagi kaum Muslim untuk mempelajari ilmu tajwid dan melaksanakannya pada saat membaca Al Quran. Semoga kita diberikan kemudahan oleh Allah SWT dalam proses belajar ini. Aamiin.💚



__

Sumber: Panduan Bacaan Qiraat 10. 
Mengikuti Tariq As Syatibi dan Durrah.
Penulis: Haji Mohd Nazri Bin Abdullah. 
Penerbit: Pustaka Ilmi. Selangor Malaysia





Comments

  1. Maasyaallah. Terimakasih sudah berbagi mbak Dian

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama uni Bet❤️ In syaa Allah saya share info tentang Qiraat Asim, yang salah satu rawinya Hafs, Quran yang digunakan di Indonesia😊

      Delete

Post a Comment

Popular Posts