Bias Pandangan Terhadap Perempuan bagian II




Mengikat makna Bias Pandangan Lama Terhadap Perempuan, dalam buku Perempuan karya Quraish Shihab. Tulisan bagian pertama.


Dalam literatur agama ditemukan sekian banyak riwayat atau interpretasi dan pandangan yang dapat menilai lahir dari sisa-sisa pandangan lama terhadap perempuan.  Sekian banyak riwayat yang dinisbahkan kepada nabi Muhammad SAW atau para sahabat-sahabat yang diterima sebagai kebenaran.  Padahal Rasulullah dan para sahabat tidak pernah bermaksud seperti apa yang mereka pahami atau bahkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat tidak pernah mengucapkannya sama sekali dan pengamalan beliaupun bertentangan dengan apa yang dinyatakan sebagai ucapan beliau. 

Menurut Quraish Shihab, boleh jadi riwayat dan pandangan-pandangan sementara ulama itu ditendengan apa yang terdapat di bawah sadar masyarakat, yaitu dari ide atau pendapat lama tentang wanita yang belum lagi terkikis habis.

Lebih lanjut Quraish Shihab menyampaikan memang apa yang dinisbahkan kepada Nabi SAW dan para sahabat dapat mencakup ratusan ribu riwayat yang nilainya ada tiga tingkatana, yaitu: shahih, hasan dan dha'if.   

Dari tiga tingkatan itu, bermacam motif para periwayat. Ada yang baik dan ada di antara mereka yang sengaja membuat riwayat sambil mengatasnamakan Nabi SAW atau para sahabat guna mendorong orang lain melakukan kebaikan atau mencegahnya terjerumus dalam kedurhakaan.

Ada juga yang yang memiliki motif buruk, yaitu untuk kepentingan pribadi atau kelompok, bahkan untuk menodai ajran Islam. Diperparah oleh dengan adanya sikap sementara ulama yang merasa hanya bertugas menghimpun riwayat yang didengar/dibaca tanpa seleksi lalu menyerahkan kepada pembaca atau pendengarnya untuk menyeleksi sendiri kebenarannya.

Upaya untuk menyeleksi riyawat sudah dimulai sejak abad ke-2 Hijriah. Para ulama menilai sanad (rangkaian perawi) sekaligus matan (kandungan riwayat). Keberhasilan mereka dalam banyak hal tidak disangsikan lagi. 

Ibnu Hajar dalam Mukadimmah Fath al-Bari menuliskan bahwa Imam Bukhari telah menghafal 300.000 hadist antara yang shahih dan tidak shahih. Tapi beliau hanya mencantumkan 9.082 hadist dalam kitab shahihnya. Sebagian besar di antaranya berulang atau ditampilkan dalam riwayat berbeda. Bila pengulangan yang ada diabaikan, redaksi hadist yang termuat dalam kitab shahihnya itu hanya 2.602 hadist. 

Quraish Shihab mengingatkan, harus diakui sebagian riwayat yang sudah terlanjut populer di tengah masyarakat juga ada yang dinyatakan oleh para ulama yang berkompeten sebagai riwayat-riwayat yang tidak shahih, bahkan tidak memiliki sumber. Namun penilaian itu tidak banyak diketahui umum. 

Kemajuan ilmu pengetahuan saat ini dapat mendukung kita untuk mencari kebenaran informasi atau kekeliruannya. Di sisi lain, interpretasi baru pun dimungkinkan karena perkembangan masyarakat membuka pintu bagi pemahaman baru, selama interpretasi itu sejalan dengan prinsip-prinsip dasar ajaran Islam. 

Sebagai contoh periwayat dan pendapat lama adalah pandangan yang menyatakan bahwa asal kejadian permpuan berbeda dari asal kejadian lelaki. Pandangan itu bersumber dari hadits yang menyatakan: "Saling memesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok" (HR. Bukhari, Muslim dan at-Tirmidzi melalui Abu Hurairah).

Hadist ini dipahami oleh ulama terdahulu secara harfiah. Tidak sedikit ulama kontemporer memahaminya secara metaforis, bahkan ada yang menolak keshahihannya. 

Quraish Shihab meluruskan, hadist ini bermaksud untuk memperingatkan para lelaki agar menghargai perempuan dengan bijaksana. Karena ada sifat dan kecenderungan perempuan yang tidak sama dengan lelaki. Bila tidak disadari bisa mengantar kaum lelaki untuk berperilaku tidak wajar.

Siapapun tidak akan mampu merubah kodrat, termasuk kodrat perempuan. Kalau ada yang memaksakan perubahan itu, akibatnya akan fatal. Sebagaimana fatalnya meluruskan tulang rusuk yang bengkok. Kata bengkok digunakan Nabi SAW sebagai ilustrasi terhadap persepsi yang keliru dari para lelaki terhadap sifat perempuan, serta memaksakan untuk meluruskannya. Bila memahami hadits diatas dengan makna yang dikemukan ini justru mengakui kepribadian perempuan yang telah menjadi kodrat atau bawaannya sejak lahir.

Tidak ada satupun petunjuk dari al-Quran dan Sunnah yang mengantarkan umat Islam untuk menyatakan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk atau penciptaan perempuan berbeda dengan lelaki. Lalu dari manakah sumbernya? Rashid Ridha dalam tafsir al-Mana menuliskan bahwa ini termaktub dalam Perjanjian Lama (Kejadian II :21-22).  

Dari dulu hingga kini, masih ada yang menduga bahwa karena perempuanlah, maka manusia terpaksa terusir dari surga. Dugaan ini menyebabkan perempuan dinilai sebagai alat-alat setan untuk menjerat lelaki dan menjerumuskan mereka. 

Padalah dalam Al Quran secara tegasa Allah SWT telah menyatakan rencana-Nya menciptakan manusia menjadi khalifah di bumi, jauh sebelum penciptaan manusia. Dan bahwa pelanggaran memakan buah terlarang bukan hanya dilakukan apalagi atas dorongan perepuan, tetapi dilakukan bersama, Adam dan Hawa. Dalam QS Thaha ayat 120: bahwa Adam sendiri yang dibisiki pikiran jahat oleh setan sehingga memakan buah pohon terlarang itu. Ini dalam kedudukan beliau sebagai pemimpin rumah tangga yang harus bertanggung jawab atas istrinya. 

Lalu dari mana pandangan negatif tentang perempuan? Quraish Shihab menyampaikan ini bersumber dari budaya non-Islam. Dalam Perjanjian Lama, kesalahan memakan buah terlarang itu tertuang kepada perempuan, yang menurutnya dirayu oleh setan. Sehingga dari sini perempuan dikutuk. 

Terdapat juga literatur pesan kepada suami/lelaki agar jangan bermusyawarah dengan perempuan seperti di bawah ini:

Musuhmu yang paling utama adalah istrimu yang sepembaringan denganmu (HR ad-Dailami melalui Abu Malik Al-Asy'ari).

Menaati/memperkenankan saranperempuan berakhir dengan penyesalan (HR al-Ajluni).

Riwayat diatas sangat lemah, baik dari segi sanad (rentetan perawi-perawinya) juga dari segi matan (kandungan informasinya). Dalam Al-Quran diuraikan bahwa putri Nabi Syu'aib AS, mengajukan saran kepada ayahnya yang seorang nabi. Dan sarannya diterima, bahkan diabadikan oleh Al-Quran sebagai petunjuk dan pelajaran bagi umat manusia (QS Al Qashash ayat 26).  Nabi Muhammad SAW juga sering berdiskusi dan menerima saran istri-istri beliau. Bagaimana Khadijah ra berhasil menenangkan beliau. 

Dalam buku ini, Quraish Shihab mengemukakan beberapa dari sekian banyak contoh yang tersebar dalam berbagai literatur yang disambut oleh mereka yang masih berbbekas dalam jiwanya pandangan lama. Yang sebenarnya sama sekoali tidak menggambarkan ajaran Islam. 

__


Sumber: 

Bias Pandangan Lama Terhadap Perempuan. 

Buku berjudul: Perempuan. Penulis Quraish Shihab. Penerbit: Lentera Hati. Cetakan pertama 2018

 





Comments

Popular Posts