Sistem Umpan Balik: Memahami Masalah Bersama Tim




Rasa asa yang didapat sebagai Quester masih menyelimuti diri ketika hari Rabu menerima link Buddy Review dari Tim Administrasi Akademi. Karena jadawal di komponen Institut masih padat, saya belum mencari tahu siapa pasangan saya di materi ketiga ini. Hingga ke esokan harinya saya baru bisa menindaklanjuti. Ketika saya klik link whatsapp yang tertera, dan.... ternyata pasangan saya sudah duluan mengirimkan pesan sehari sebelumnya! Sering kejadian chat kelelep seperti ini.

Husna Amalia Melati, biasa dipanggil Melati adalah buddy review saya pekan ini. Padatnya jadwal dan banyaknya hal yang harus ditindaklanjuti menurunkan fokus saya. Tetiba mix up dengan jurnal Hexagonia lain yang sebelumnya saya buka untuk cek link jurnal randomly di buddy review list, lalu pikiran melayang kok nyambung ke tamu yang tampil di perayaan Questival yang diwawancari oleh ibu Septi. Saya halu...! 

Kelucuan ini saya sampaikan di awal obrolan sebagai ice breaker.  Lanjut dengan check in, menceritakan tentang pengalaman selama sistem umpan balik dari materi pertama hingga ketiga. 

Sebetulnya saya sudah mempersiapkan diri lebih dari biasanya untuk sistem umpan balik materi ketiga ini. Karena bidang yang diangkat oleh tim Bengkel Bunda adalah Kesetaraan Gender. Hal yang masih sensitif untuk dibicarakan secara terbuka karena adanya kesalahpahaman dalam memahami serta implementasi. 

Persiapan ekstra dan kehati-hatian ini sudah saya siapkan saat memulai diskusi menyelami masalah. Untuk memastikan semua anggota memahami makna Kesetaraan Gender, saya tidak banyak mencari referensi dalam waktu singkat. Sambil berjalan kami akan tetap mendiskusikan dan mendalami pemahaman, tujuannya selain menguatkan juga menyiapkan diri untuk meluruskan kesalahpahaman yang sudah terjadi secara umum. Setidaknya kami bisa meluruskan pemahaman orang-orang terdekat. 

Diskusi saya dengan mbak Melati lebih dalam lagi karena problem statement kami beririsan. Saya menyampaikan memang peran Bengkel Bunda, ke depannya adalah memberikan solusi untuk para perempuan dengan beragam masalah, tapi pemicunya tanpa disadari muncul dari dalam diri sendiri. Lalu menjadi parah saat terbentur dengan opini masyarakat yang tidak sepenuhnya benar. Membiasakan hal yang umum dilakukan sekalipun itu belum tentu benar. Bila dilanjut ini akan merujuk pada topik  yang baru lahir di dunia pada awal tahun 2000 yaitu etika publik ataupun etika kepedulian. Topik yang belum dikenal luas di Indonesia. Dan ini didasari oleh femininitas, pembawaan wanita dari lahir. Inilah kesetaraan gender yang sesungguhnya. 

Tidak heran bila diskusi buddy review kali ini lebih lama dari biasanya, berlangsung selama 1.5 jam. Tapi kami berdua menikmati obrolan ini. Bahkan saya mendapatkan tips Canva dari mbak Melati dan saya gunakan pada jurnal ini. Senang banget!

Mengenai review jurnal, saya tuangkan dalam templet di sini. Tidak banyak yang saya komentari karena hasil Starbursting brainstorming serta penyelaman masalah yang dituliskan oleh mba Melati sudah sangat lengkap. Saya justru lebih banyak bertanya proses mereka berdiskusi mengingat anggota timnya ada 10 orang. 


#umpanbalik3
#memahamimasalahbersamatim
#ibupembaharu
#bundasalihah
#darirumahuntukdunia
#hexagoncity
#institutibuprofesional
#semestaberkaryauntukindonesia
#ibuprofesionaluntukindonesia



    

Comments

Popular Posts