Lahir bathin

Berawal baca buku Achmad Chodjim, jadi tahu bahwa pemahaman bathin berada (dibungkus) dalam lahir adalah salah kaprah. Ini merupakan kesalahan yang sudah umum dibuat orang, sehingga khalayak sudah tidak lagi merasakan bahwa hal tersebut salah!

Badan jasmani ibarat janin yang berada di rahim seorang ibu. Jiwa adalah rahim yang menjadi wadah bagi si janin. Jiwa kita lebih besar daripada tubuh jasmani kita.

Bila badan/jasmani kita bertahan hidup dengan mendapatkan energi dari makanan yang kita santap sehari-hari. Bagaimana dengan jiwa kita?
Ahoy... kita telaah lagi mengapa kita mempelajari ilmu metafisika; mengenal matahari rembulan serta bintang-bintang, gravitasi serta kawan-kawannya? Bukan sekedar bahwa kita mempelajari alam semesta yang tidak ada hubungannya dengan tubuh kita.

Karena dari situlah sumber energi yang diserap jiwa kita. Menurut Catatan Metafisika Study Club, Indonesia, (tentang apakah kesadaran spiritual itu?). Energi yang diserap oleh jiwa ini berupa gelombang electromagnetic dengan panjang gelombang 6-14mikron (mendekati gelombang radio); istilah yang keren disebut bio-energy dalam bahasa cina dikenal dengan tenaga chi (qi). Tidak asing bukan kita mendengar bahwa senam taichi & yoga yang bisa membuat fit secara fisik juga damai secara bathin karena gerakan yoga & taichi bisa mengoptimalkan serapan energi bagi si jiwa.

Kembali ke persoalan jiwa merupakan wadah bagi jasmani, adakah lapisan lain yang membungkus jiwa kita? Ada yaitu Rohani, "badan" Rohani tidak bermassa. Inilah yang menghubungkan manusia dengan alam universal atau alam keilahian.

Makin menarik untuk mengetahui tentang diri manusia. Dari sini terasa nyambung dengan bahasan peranan serta hubungan yang kuat antara manusia sebagai mikro kosmos dengan alam semesta sebagai makro kosmos (Tao of Islam oleh Sachiko Murata). Bila kita secara individu mampu menciptakan harmoni dalam pribadi, maka alam (semesta) pun akan selalu terpelihara dengan baik.

Bagaimana manusia sebagai individu saling memberikan energi dengan alam sekitar dalam kehidupan, dan hal ini mempengaruhi seseorang menjadi kuat atau lemah, damai atau gundah. Ah jadi kangen sama buku tetralogi karya James Redfield, yang membahas betapa kuat hubungan energi manusia dengan Alam sekitar, betapa sebongkah batu karangpun bisa memberikan energi postif seindah energi postif yang dipancarkan pepohonan kepada kita bila jiwa kita memancarkan energi positif (in good mood). Dan disaat kita sedang marah, jiwa kita tidak mampu menjaring energi positif dari alam sekitar karena begitu kuatnya energi negatif yang dipancarkan oleh jiwa kita! Apa kuncinya agar kita tetap dalam mood baik? Stay in love of course ❤♥ iya pancarkan cinta disetiap pandangan, disetiap hembusan nafas. Ini yang susah!

Bila diatas disebutkan bagaimana "badan" jasmani serta "badan" jiwa mendapatkan energi untuk survive, lantas bagaimana dengan "badan" Rohani?
Mmm...lebih serius lagi untuk bicara yang satu ini. Karena akan masuk lebih detail kepada kepercayaan seseorang terhadap Ilahi. Bungkusan terakhir ini yang bila sudah terpenuhi energinya, maka kita dengan mudah bisa memancarkan cinta disetiap pandangan juga disetiap hembusan nafas.

Bila ada pepatah, 'Di dalam tubuh yang sehat ada jiwa yang kuat', apakah kita setuju dengan pepatah tersebut?

Ha! Setidaknya kini kita mengetahui bahwa jiwa tidak berada di tubuh. Yang harus kita tanamkan pada diri agar bisa sehat bahagia lahir bathin yaaa selain memelihara kesehatan diri sendiri kitapun perlu memelihara kesehatan lingkungan karena hal itu akan sangat membantu jiwa kita untuk mendapatkan 'makanan sehat'nya (^^)

Comments

Popular Posts