Catatan untuk seorang teman



Masih ingat di suatu sore saat aku dan temenku (T) minum kopi. Dia memulai ceritanya seperti ini:
"Awalnya gw ngiri lihat elo begitu dekat sama N. Gw pengen banget sebegitu deket sama kalian. Tapi beberapa bulan terakhir gw lihat kalian sedikit renggang. Sempet gw berpikir mungkinkah kalian punya masalah? Tp gw gak terlalu memikirkannya, apalagi saat itu gw lumayan punya kesempatan deket sama N. Dari kedekatan itu gw ngerasa sifat N kok begitu...gimana ya...apa kata yang tepat untuk dipake..."

Aku bilang: "kurang begitu menyimak? Suka ngegampangin dan asal nyuruh?"

Temenku T senyum lebar, "Ya kurang lebih seperti itu. Tapi ya udahlah. Itu mungkin sudah sifat dia dan dia udah nyaman dengan begitu".

Berawal dari cerita itu, aku pengen sekali ngobrol berduaan memberi masukan ini sama kamu. Tapi aku merasa sungkan, karena ini tidak mudah, terlebih sifat kamu yg suka simple (emang baik) tapi seringkali kurang menyimak itu suka menjadi misunderstanding. Apakah aku harus mengikuti temenku T itu membiarkan kamu demikian? Atau kah aku harus mengingatkan kamu sebagai teman. Bukan kah pertemanan itu akan baik bila diikuti saling koreksi. Aku berpikiran begini bukan berarti aku merasa lebih baik dari kamu. Aku juga perlu koreksi dari teman-teman, termasuk kamu, untuk menjadikanku seorang yg lebih baik lagi.

Dan pagi tadi aku memiliki kesempatan utk menyampaikan hal itu pada mu. Terdengar tidak enak memang, tapi itulah kenyataan yg ingin kusampaikan. Tdk ada tujuan lain selain untuk tetap meneruskan pertemanan kita yang sudah berlangsung 3thn ini.

Aku tahu kamu merasa kecewa, tapi rasa itu juga aku rasakan, makanya aku sedikit menjaga jarak. Agar pertemanan kita bisa terus tidak terputus.

Salam.

Comments

Popular Posts