Obrolan Korwil 7 : Antara Kobe dan Bogor


Korwil 7 adalah group online Bunda Sayang, program dari Institut Ibu Profesional. Pesertanya merupakan gabungan beberapa kota di Indonesia dan Luar Negeri.


Tentang Narasumber 

Member korwil 7 yang dapat giliran berbagi di kelas kali ini adalah ibu dari satu anak berumur 3,5 tahun. Sedang menyelesaikan kuliah pascasarjana di Jepang. Si buah hati tinggal bersama kakek nenek di Bogor.
Karena suami bertugas di Palembang, dan bisa menghabiskan waktu bersama si kecil setiap dua minggu sekali. Kecanggihan teknologi mempermudah komunikasi keluarga. Long distance relationship ini menjadi tantangan banget dalam mengerjakan tugas-tugas Kelas Bunda Sayang.

Juwita Puteri Nuraisyah, biasa dipanggil Juwita. Lahir dan besar di Bogor.
Kuliah di Bandung, setelah menyelesaikan program S1.
Bekerja sebagai PNS di Kementerian Perindustrian, Jakarta. Tepatnya di Direktorat Industri Elektronika dan Telematika. Sesuai background sekolah di Teknik Telekomunikasi. Walaupun akhirnya sehari-hari di kantor bertugas di bagian kerja sama internasional. Hal ini yang melatarbelakangi Juwita untuk lanjut sekolah lintas jurusan, dari yang sebelumnya bidang teknik sekarang  mengambil program pasca sarjana economic science, di Kobe Jepang. Dengan harapan bisa menunjang pekerjaan. 

Menikah di akhir tahun 2012 dengan teman waktu masih SMA. Setahun sebelumnya berencana untuk menikah. Tapi tertunda karena tepatnya setelah bulan puasa tahun 2011, Juwita terkena TB Meningitis. Masuk ruang ICU, dirawat selama kurang lebih 3 bulan. 

Karena Meningitis Juwita lupa bacaan sholat, kembali harus belajar duduk, berdiri, dan jalan. Total cuti dari kantor hampir 7 bulan lamanya. Dan total masa pengobatan selama 1 tahun.

Beberapa tahun kemudian Juwita harus berhubungan dengan TB Meningitis lagi. Disaat anaknya belum berusia 2 tahun didiagnosis TB.


Tanya Jawab:

Melly - Jerman
a. Bagaimana mengatur dan mensiasati kondisi LDR ini untuk menjaga bounding​ antara ibu dan anak?
b. Lalu bagaimana menyamakan konsep mendidik dengan orang tua yg saat ini bersama anak?

Jawab:
Memanfaatkan teknologi, dari voice call, video call, voice message. Sama kalau pas lagi term break, kalau ada rejeki dusmi dan anak datang ke Kobe. 

Alhamdulillah orang tua kami (saya dan suami) kalau lagi dititipin bisa ngikutin maunya kami secara garis besar. Tapi ya pasti beda kalau sama kakek neneknya, jadi dimaksimalkan waktu sama ayahnya. Sebisa mungkin ngga berbeda perlakuan atau rutinitas yang dilakukan kalau ayahnya sedang bertugas.

Lila - Bengkulu
Sepertinya tantangan bulanan di kelas ini semakin menantang ya. Boleh cerita triknya LDR sama anak. Meskipun masih single, saya jadi ingin tahu rasanya jadi ibu.

Jawab:
Manfaatkan teknologi, ngga tiap hari juga biar anaknya kangen. Jadi tidak saya aja yang duluan video call.
Alhamdulillah, jauh sebelum saya berangkat sekolah. Kurang lebih setahun sebelumnya,  saya udah minta ijin sama anak. Jadi udah dijelaskan ibunya bakal dimana, ngapain, berapa lama. Dari yang awalnya ga dibolehin, akhirnya boleh. Malah pas pergi yang nangis saya. anak saya ngga nangis.

Dieni - Singapura
Dulu saat memutuskan mengambil kesempatan sekolah ke Jepang. Kalau tidak keberatan bolehkah share ceritanya bagaimana proses diskusi dengan suami, dan dengan anak? Apakah dari awal suami support, menyerahkan pada mba Juwita, atau ada proses bikin kesepakatan dulu?
Dan...maaf, studinya dikirim dari kantor?

Jawab:
Keinginan sekolah sudah ada dari sebelum nikah. Jadi saat masih calon pada waktu itu juga sudah tahu. Sayangnya belum rejeki sampai akhirnya menikah. Pas ada kesempatan saya coba lagi dengan ijin suami. Selagi proses apply ternyata saya hamil. Jadi catatan dari suami, jangan ambil yang dua tahun. Kalau mau nyoba kuliah diluar ambil yg setahun aja. Terus akhirnya diputuskan ambil linkage program. Pertimbangannya, dari due date ke berangkat paling tidak usia anak sudah mau 2 tahun.
Alhamdulillah ternyata program yang dipilih ngga dapat. Jadi bisa full 2 tahun ngasih asi bahkan lebih sampai 2.5 tahun.
Saya coba apply lagi utk tahun berikutnya, dan alhamdulillah dapat.

Proses diskusi dengan anak dimulai dari waktu anak umur 2 tahun. Seperti penjelasan sebelumnya. Dari ngasih lihat peta Jepang, sekarang ini tinggal dimana. Dilanjut dengan mengenalkan nama-nama bulan juga supaya dia tahu kapan emaknya ini berangkat kapan pulang. Disiapin buat tinggal sama kakek neneknya juga.
Saya kuliah lagi atas support dan ijin kantor.

Dian - Singapura & Erli - Batam

Bila berkenan. saya ingin tahu tentang TB menginitis itu. Apalagi ketika menyerang batita.


Jawab:

Sepengetahuan saya penyebab nya ada 3, virus, bakteri dan jamur.

Yang berbahaya dan beresiko kematian itu yang penyebab nya bakteri atau jamur.

Untuk Indonesia paling banyak karena bakteri.


Seperti biasa kalau kita asik ngobrol tentang hal yang menarik waktu tanpa terasa cepat. Satu jam bersama Juwita, ibu satu anak yang tangguh. Selanjutnya Obrolan di Korwil 7 bersama member kita yang gak kalah seru juga membuat kita salut dengan pengalaman yang pernah dia alami. Dari mulai baby blue syndrome sampai pojok filosofi.



Obrolan di Korwil 7 sebelumnya, bisa disimak sebagai berikut:

BunShe Cadaaaas...!

Menghemat Air

Mendidik Anak di Jerman

Homeschooling

Comments

Popular Posts