Obrolan di Korwil 7: Menghemat Air
Korwil 7 adalah group online Bunda Sayang program dari Institut Ibu Profesional. Pesertanya merupakan gabungan beberapa kota di Indonesia dan Luar Negeri.
Tentang Narasumber
Arlisa Febriani, yang biasa dipanggil Lisa. Lulusan ITB dan pernah bekerja di waste water treatment plant (instalasi pengolah air limbah) di sebuah kawasan industri di Cikarang. Pada tahun 2011, mengundurkan diri untuk menjadi ibu Rumah Tangga dan bertepatan dengan suami yang harus bertugas di Berau Kalimnatan.
Tahun 2015 ibu dari dua anak (sulung 5 tahun dan bungsu 10 bulan), ini mendapatkan beasiswa penuh di Lund University, Swedia setelah memenangkan Blue Bag Water Innovation for Indonesia.
Pemicu saya adalah kata kata Ibu Septi,
“Ilmu yg tidak diamalkan, ibarat pohon
yang kering, tidak berbuah.”
Semacam membuat saya tidak tenang karena belum banyak berbuat untuk lingkungan sekitar, lalu saya menemukan Aha! moment setiap kali cuci piring.
Berbagi tentang proyek Kinanti
Kali ini mau berbagi pengalaman ngelamun saya. Sejak kecil ada hobi melamun karena di rumah sendirian, nggak ada kakak atau adik, dulu seringnya melamun di dalam lemari baju, atau di kamar mandi, karena dulu bandel sekali (suka manjat-manjat lemari, pagar dan lain-lain). Jadi saya sering dikurung di kamar mandi atau ngumpet di lemari.
Setelah dewasa dan punya anak, hobi melamunnya berlanjut. Tiga tahun yang lalu saya melamun sambil cuci piring.
Karena ketika itu kami tinggal di Berau (Kaltim) rumah saya sempat tidak mendapat akses pada air bersih.
Maka otomatis saya melamun tentang pemanfaatan air, seringnya setiap kali mencuci piring.
Hasil ngelamunnya, seringnya saya biarkan saja menguap, tapi singkat cerita, ada beberapa lamunan yang saya catat. Sebagian diterapkan di rumah sendiri; sebagian kecilnya lagi, saya ajukan pada sebuah kompetisi beasiswa yang diselenggarakan oleh Lund University, IKEA Indonesia dan Mercy Corps Indonesia (bluebagaward.com).
Niat mula saya mengirim ide pada kompetisi ini, hanya agar ada yg membaca ide saya, setidaknya si hasil berkhayal dan melamun ini ada yg membaca selain suami saya.
Tanpa disangka, Allah ijinkan lamunan itu sebagai jalan saya untuk menimba ilmu lagi di Swedia.
Pemicu saya adalah kata kata Ibu Septi: “Ilmu yg tidak diamalkan, ibarat pohon yg kering, tidak berbuah.”
Kata kata tersebut terngiang ngiang di kepala saat beraktivitas menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Semacam membuat saya tidak tenang karena belum banyak berbuat untuk lingkungan sekitar, lalu saya menemukan Aha! moment setiap kali cuci piring.
Hasil melamun kala cuci piring yang membawa saya sampai ke Swedia: Kinanti
Apa itu Kinanti?
Program kampanye pelestarian air dengan prinsip mengajak masyarakat melakukan aksi saat ini (Kini) untuk kebaikan di masa nanti (Kini + Nanti = Kinanti)
Salah satu contoh kegiatan dalam program: Save & Share atau bisa disebut Sedekah Air.
Save = Berhemat air di rumah setiap hari
Share = Jumlah air yg dihemat akan didonasikan pada orang yg membutuhkan.
Semakin banyak air yg dihemat = semakin banyak air yg didonasikan.
Meski program kinanti belum resmi berjalan, tidak ada salahnya berhemat air sekarang, karena air yg sampai ke kita berasal dari sebuah jaringan. Baik jaringan pipa (bila Anda menggunakan layanan air bersih dari perusahaan daerah), maupun jaringan air di alam (bila Anda menggunakan air tanah dan air sungai atau mata air).
Bila kita berhemat, ada orang lain atau makhluk hidup lain yang mendapat bagian untuk menikmati air bersih juga.
Tanya jawab
Arie- Purwokerto
"Ilmu yg tidak diamalkan ibarat pohon yang kering, tidak berbuah". Melamunnya produktif ya, Mbak. Keren.
Jawab
Alhamdulilah pas lagi agak waras melamun begini, seringnya nggak produktif juga 😀
Erli-Batam
Sejak denger kinanti, mulai melihat lagi cara wudhu.
Jawab
Betul, kinanti pun terinspirasi dari wudhu😊 semangat!
Dian-Singapura
Apa yang rencananya setelah selesai kuliah di Lund? Nanti proyek kinanti gimana mekanismenya?
Jawab
Ingin melanjutkan usaha mewujudkan Kinanti, pelan pelan dicicil kerjaannya sambil ngasuh anak.
Program Kinanti seperti pada diagram dibawah ini. Biru lebih fokus pada usaha edukasi hemat air dgn menggunakan kembali, seperti contoh yang mbak Dian sampaikan, bekas mandi untuk siram tanaman. Kalau saya dulu sisa mandi atau nyuci untuk flush toilet juga karena ga punya kebun.
Kalau perak, hemat air dgn daur ulang. Ini berupa tahapan, Jadi harus lewat ke biru, kuning, baru perak, macam game, ada levelnya.
Keren banget! Dari hobi berkembang menjadi pemenang kompetisi menulis. Pelajaran yang luar biasa agar kita bersungguh-sungguh dengan hobi kita.
Seperti di tulisan ini, lamunan yang dibuat produktif telah membawa Lisa ke dunia yang lebih indah. Berbagi dan bermanfaat buat orang banyak.
All our dreams can come true, if we have the courage to pursue them. Walt Disney.
Berikut tulisan lainnya tentang berbagi di Korwil 7:
Comments
Post a Comment