Obrolan korwil 7 : Pojok filosofi
Korwil 7 adalah group online Bunda Sayang, program dari Institut Ibu Profesional. Pesertanya merupakan gabungan dari beberapa kota di Indonesia dan Luar Negeri.
Giliran berbagi pengalaman kali ini menuju Purwokerto, bersama Arie Rahma. Beberapa dari teman di kelas termasuk saya penasaran dengan pojok filosofi yang sering muncul di facebook Arie.
"Diakui aja kalau baby blues. Kalau penolakan malah susah buat hilang. Akhirnya agak-agak menerapkan hasil skripsiannya juga..."
Materi
Pojok Filosofi, itu awalnya kegiatan yang Arie 'buat-buat' dalam rangka berdamai dengan diri. Dari sebelum menikah sampai hamil 6 bulan, Arie menyibukkan diri dengan hal-hal yang dekat dengan dunia anak-anak. Arie pernah menjadi relawan pengajar anak-anak pinggiran rel kereta api, konselor magang di salah satu yayasan anak jalanan, dan mengajar di salah satu sekolah alam.
Sampai akhirnya memutuskan buat istirahat di rumah karena hamil, dan punya riwayat hamil tidak sehat di kehamilan pertama. Lalu saat itu juga memutuskan ingin menjadi ibu penuh waktu.
Awalnya jetlag, bingung, yang biasa aktivitas di luar rumah, langsung harus full di dalam rumah. Sempat stres juga, dan berdampak terserang baby blue syndrome pasca melahirkan. Nah, karena jauh dari sanak keluarga, maka saya cari cara untuk minimalisir baby blue syndrome tersebut. Yaitu membuat kegiatan untuk anak kecil yang baru saja saya lahirkan. Karena nama anaknya Filosofi (panggilan Filo), maka kegiatannya dinamai pojok filosofi. Apa saja kegiatannya?
Sedapatnya ide dan berusaha saya sesuaikan dengan kebutuhan Filo sesuai dengan tahap perkembangannya. Tapi di awal-awal dia lahir dulu, saya paling sering membacakan cerita untuknya. Karena waktu itu baby blue syndromenya masih hangat. Arie sempat tidak mau menggendong dan menyusui, merasa asing dengan si bayi, dan merasa lelah psikis teramat sangat (halah, bahasanya).
Kemudian kepikiran buat membacakan cerita itu, pas karena Arie suka membaca dan bercerita, dan tidak tahu kenapa setiap membacakan cerita untuk Filo, rasa asing tersebut pelan-pelan hilang, berganti sayang. Begitu seterusnya, setiap gejala itu muncul, saya langsung ambil buku atau mulai berceloteh.
Alhamdulillah, paling tidak lumayan bisa meminimalisir. Dan terus berlanjut sampai sekarang. Meskipun di usia 2 tahun ini mulai banyak PRnya. Di saat anak mulai tumbuh egonya, mulai merasakan perasaan akibat emosi-emosi yang muncul, sang Ibu mulai kewalahan. Jadi sedang berusaha menemani Filo untuk belajar mengenali emosinya. Terutama pasca dirawat di RS kemarin, Arie sadar, bahwa anak memang harus mengenal emosinya, agar mampu meluapkannya dengan tepat. Ini juga akan membantu sebagai Ibu untuk menemani dan meminimalisir munculnya stres pada anak. Sampai saat ini masih berjalan, belum bisa dikatakan berhasil.
Halangan dari kegiatan pojok filosofi ini, Arie merasa agak kurang baik dalam hal mendokumentasikan sesuatu (sering tak terdokumentasi), dan seringnya kegiatan muncul secara spontan saja.
Obrolan
Melly - Jerman
Bagaimana bisa luwes bisa terjun dalam kegiatan yang dekat dengan anak-anak?
Apa yang dilakukan saat terkena baby blues; merasa ngga ingin dekat dengan bayi?
Pernahkah merasa datar ketika bercerita ke anak sehingga anak acuh dengan cerita atau juga karena memang anak balita kan fokusnya hanya 1 menit dikalikan umurnya (cmiiw), setelah itu kegiatan apa yg biasa dilakukan bersama Filo?
Jawab:
Saya dulu takut sama anak-anak. Tapi menjadi terpaksa berani sejak kuliah, karena beberapa tugas mengharuskan saya untuk berinteraksi dengan anak-anak. Saya kuliah jurusan psikologi. Kalau dibilang luwes juga belum. Sampai punya anak sendiri juga belum bisa dikatakan luwes.
Saat baby blues dan ngga ingin dekat dengan bayi, kalau sedang ada suami saya minta suami yang menjaga. Saya istirahat. Kalau sedang tidak ada, saya biasanya cepat-cepat ambil buku. Tarik nafas panjang-panjang. Kalau lagi ingin nangis ya nangis. Terus mulai membaca keras-keras (dulu mikirnya biar konsen ke suara jadi ngga sempet konsen ke pikiran yang enggak-enggak). Saya bayangin sedang cerita seperti biasa ke anak-anak. Kalau sudah mengalir, ngga tahu juga ya gimananya, tiba-tiba langsung ngrasa sayang.
Kurang tahu juga, mungkin karena sudah terbiasa dengan buku dari dia baru lahir (dan membiasakan bercerita sejak dia dalam kandungan). Jika dengan buku Filo bisa tahan agak lama. Lebih dari lima belas menit sampai setengah jam. Tapi yah gitu, kadang harus dengan cerita ala dia. Kalau kegiatan lain, tergantung minatnya dia. Kalau berminat dia bisa lama, biasanya kalau kegiatan outdoor
Dian - Singapura
a. Berapa lama mengalami baby blues? Ikut konsul untuk mengatasi baby blues?
b Mengingat mbak punya masalah pada saat kehamilan pertama. Apakah mungkin ada hubungannya dengan emosi mbak arie dengan kehilangan anak pertama?
Jawab:
a. Baby blues sekitar 6-7 bulanan. Filo ini anak kedua, yang pertama meninggal setelah 4 hari dilahirkan. Karena ketika hamil yang pertama, saya terkena TORCH.
b. Bisa jadi iya. Kalau ditanya kok bisa sebenarnya saya juga bingung kok bisa karena itu tiba-tiba muncul rasanya. Tapi yang jelas biasanya karena ada perasaan insecure.
Jujur sampai sekarang masih agak menyesal karena minimalisirnya kurang pas, jadinya agak lama. Dan yang jelas akhirnya berefek pada Filo.
Saya konsul ke teman. Alhamdulillah, teman-teman saya beberapa terapis. Yang paling membekas ya itu, ngga usah dihindari, ga usah malu.
Diakui aja kalau baby blue. Kalau penolakan malah susah buat hilang. Dulu akhirnya agak-agak menerapkan hasil skripsiannya juga
Dieni - Singapura
Tadi cerita yang pasca dirawat di RS, mba Arie bilang harus mengajarkan Filo untuk mengenali emosi dan punya cara tepat untuk meluapkannya. Boleh tahu ceritanya kenapa, dan apa yang dimaksud dengan peluapan yang kurang tepat?
Jawab:
Filo sempat stres. Karena selama ini dia belum pernah ke dokter. Sekali ke dokter tiba-tiba diinfus, lalu harus konsumsi obat-obatan yang juga baru bagi dia. Saya jarang memaksa dia, nah karena ini darurat dia harus terima meski ngga mau. Nah salah saya adalah tidak memperhatikan caranya. Sehingga saya maksa banget. Saya juga stres waktu itu. Yang ada ibu stres, anak stres, akhirnya berantakan. Saya hanya berdua dengan suami. Dan sama-sarang kurang istirahat. Efeknya saya susah bersabar buat pelan-pelan memahami apa yang Filo rasakan. Sementara dia belum mampu mengenali emosi dan mengutarakannya. Kalau saya inget sekarang, jadi kalang kabut kayaknya kondisi saat itu. Pulang dari RS Filo jadi suka teriak-teriak. Dan ini jadi PR saya, membantu dia berkenalan dengan emosinya
Dian - Singapura
Ini baru terjadi, mbak?
Jawab
Iya. Ini masih proses pemulihan. Kemarin sempat ke dokter lagi karena Filo mengeluh sakit terus di perut. Waktu dicek ternyata normal semua. Lalu dokter menyimpulkan Filo psikosomatis. Sakit fisik karena gangguan psikis.
Lisa - Swedia
Luar biasa ya, jadi inget tulisan tentang 'kurikulum Allah'. Mba Arie yang terpilih utk melewati ujian ini karena mba Arie yang mampu dan sudah ada bekal keilmuannya juga. Semoga kisahnya suatu hari bisa membantu lebih banyak ibu untuk melewati baby blues, aamiin
Mulia - Batam
Jadi penasaran dengan Baby Blue Syndrome itu..
Maaf mbak jika berkenan saya ingin mendengar cerita apa yg terjadi saat mbak mengalami baby blues tersebut?
Jawab:
Awalnya saya merasa capek fisik dan psikis yang amat sangat mbak. Kayak ngga bisa ngapa-ngapain. Suka nangis tiba-tiba. Merasa asing dengan bayinya. Jadi kaya kita tiba-tiba kedatangan orang ngga dikenal dan ujug-ujug masuk ke rumah kita. Padahal kita gembol kemana-mana 9 bulan lebih ya. Saya ngga mau menyusui nggak mau menggendong. Karena sebel banget rasanya.
Macem-macem bentuknya. Dan kalau lagi sehat gini saya juga tak habis pikir kok bisa.
Erli - Batam
Bagaimana dengan suami saat itu?
Jawab:
Suami saya bingung. Karena saya tidak menginformasikan dari awal sejak hamil tentang si baby blues ini. Tapi alhamdulillah pas lagi muncul gitu dia tanggap ngambil si bayi. Secara naluri saja. Karena saya baru bisa jelasin dengan baik si baby blue ini pas Filo sudah setahun. Itupun karena ditanya dulu kenapa bisa begitu, apa ga sayang sama anak sendiri.
Lisa - Swedia
Mungkin perlu ada edukasi ke masyarakat tentang ppd/baby blues ini terutama utk para ayah dan keluarga ya.. Ini persentasenya 10% ibu yg baru melahirkan terkena ppd bukan y mba?
Jawab:
Iya, betul. Sepakat. Dan perlu sosialisasi bahwa itu bukan aib. Karena beberapa teman ada yg sampai depresi karena dia mengaku malu mengakui dia baby blue. Karena adanya anggapan dan komentar negatif tentang baby blue itu sendiri
Siti Maesaroh - Jember
Ilmu yang baik, bekel nanti # dua bulan menjelang HPL.
Bisa dibilang babyblues itu kyak ngidam kali ya. sadar ga sadar dateng. pulang ga dianter dateng ga dijemput... #eh kok seperti jelangkung
Shindie - Singapura
Bagaimana prosesnya sampai mba arie yakin bahwa itu adalah baby blues dan apa yg mba arie lakukan saat itu?
Jawab:
Karena berbekal sedikit pengetahuan. Dari tanda-tandanya. Terutama di bagian penolakan pada si bayi. Maaf, mungkin bisa mengkoreksi saya dalam hal ini, seinget saya juga ada tingkatannya, dan kasus saya ini masuk ringan. Saya memperbanyak berinteraksi dengan orang terutama curhat dengan teman-teman. Dan mereka ini juga yang mensupport saya ketika saya mengalaminya. Meski cuma via telpon.
Lila - Purwokerto
Peluk jauh Mbak, saya baru tahu dari yang p
mengalami baby blues. setelah masa-masa perjuangan itu, ada saran agar terhindar dari baby blues ?
Jawab:
Kalau saran buat menghindari jujur saya juga bingung. Mungkin harus benar-benar merasa nyaman kali ya sedari hamil itu. Persiapan yang matang. Membaca buku-buku tentang kehamilan, parenting, menyiapkan keperluan persalinan, bayi, dll. Jadi biar merasa sudah komplit dan nyaman
Comments
Post a Comment