Kue Lebarannya Mana?

Sehari pasca mudik saya merasa tidak fit. Beberapa hari sebelum kembali ke rumah memang badan mulai terasa gak enak. Mau gimana lagi, selama kumpul-kumpul ngobrol sama ponakan-ponakan gadis sampai larut malam. Lupa ngerasa biasa di rumah sehari-hari tidur jelang tengah malam sesekali lewat tengah malam.
Selama mudik, meskipun waktu menunjukkan hampir jam 1 dini hari, di rumah sendiri sama dengan jam 2 dini hari. Dan saya jarang begadang sampai jam 2 pagi.

Sudah tidur telat, bangun tetap pagi sebelum bedug subuh. Makanpun gak teratur cemil sana cemil sini keasikan sambil ngobrol atau sambil masak menyiapkan makanan yang porsinya ekstra banyak.

Kemarin siang saya sempat ikut tidur siang sama anak-anak. Rasa mual yang kuat membuat saya cepat terlelap. Sampai jam 16.00 saya terbangun bersiap ke dapur atau membereskan pekerjaan oleh-oleh mudik yang penting tidak tidur lagi. Tetiba saya melihat monitor handphone, ada missed call dari tetangga dekat. Saya telpon balik. Dia bilang mau turun dan main ke rumah bersilaturahmi. 

Pas ketemu, kita yang hampir gak ketemu satu bulan ngobrol sana sini. Dan dia nyeletuk bercanda, "Tumben mejamya kosong, gak ada kue lebaran."

Haha..! Sambil minta maaf karena lebih banyak konsentrasi unpacking plus beres-beres rumah, saya tawarkan cemilan seadanya yang bukan kue lebaran tentunya.  Saya ingin menerapkan sama anak-anak, agar berlebaran tidak selalu tentang uang lebaran dan kue lebaran. Selain itu kue-kue khas lebaran juga bukan hal yang jadi favorit di rumah. Hanya saju, butter cookies dan lidah kucing yang disukai. Beberapa hari sebelum mudik malah persediaan butter cookies melimpah di rumah. Semua homemade.

Tapi candaan tetangga diatas itu, tetap nyantol dalam pikiran untuk memiliki stock kue lebaran. Setidaknya kalau ada teman atau tetangga lain bersilaturahmi, saya punya suguhan.

Akhirnya sambil ngasuh si bungsu sesekali main lego sesekali ngeliat oven deh. Alhamdulillah pasty asin dan manis tersedia dalam kedipan mata。
 

Comments

Popular Posts