MonoCrazy Game

Mendengar Sophie menamakan game yang dia buat menambah saya makin merasa aneh. Ada-ada aja. Asal aja. Oops... untung nggak perlu lama untuk segera mengesampingkan pikiran tersebut. 

Kita sedang membuat proyek yang menyalurkan ide kreatif yang dimiliki Sp. Hal ini yang membuat saya cepat mengesampingkan pikiran negatif. Bila tidak segera menghentikan bukan tidak mungkin saya menghentikan kreativitas Sp. Karena sudah berasumsi. Dan tanpa kita sadari asumsi orang dewasa akan berbeda dengan asumsi anak-anak.

Dari kemarin, Sp bilang di hari kedua ini dia ingin membuat board game. Bahan yang diperlukan karton, kertas, sedikit lem atau selotip dan spidol. Sambil sesekali saya mengajarkan penarikkan garis yang efektif untuk membuat segi empat ukuran besar, saya menanyakan tentang proyek ini. Sp menjawab ini akan seperti permainan monopoli. 




Sempat berpikir, lho bikin board game seperti monopoli? Kan sudah punya, malah Sp lebih suka main monopoli deal yang dimainkan tanpa board cukup kartu-kartu saja. Sekali lagi saya singkirkan jauh-jauh pikiran yang akan membentuk asumsi itu.

Sambil mengerjakan proyek, Sp bertanya, “Tahu gak, kenapa aku namain permainan ini MonoCrazy?”

“Nggak.”
“Lihat huruf M dari kata Mono? Aneh kan? Nah itu salah satu yang bikin crazy. Tunggu hal-hal crazy lainnya ya nanti.”

Wah, apa yang Sp sampaikan membangkitkan rasa penasaran saya. “Beneran neh asumsi orangtua berbeda dengan asumsi anak-anak.” 

Ketika Sp selesai dengan art projectnya dia memperlihatkan pada saya dan menerangkan secara detail. Saya nggak berhenti ketawa. Saya tanya dia, “Dari mana kamu dapat ide gini? Mami sukaaa.”
“Buku bacaan. Ada tokoh yang suka punya ide-ide aneh. Ada yang mencemooh ide tersebut. Tapi diluar dugaan ternyata malah lebih banyak yang suka karena sesuatu yang tidak umum.”

Ma syaa Allah! The power of reading. 




#Harike-2
#Tantangan10hari
#ThinkCreative
#Level9
#BunSay
#IIP

Comments

Popular Posts