Unicorn

Setelah selama dua minggu kemarin berjibaku mengenal dan menstimulus kreativitas pada anak, dalam sepuluh hari ke depan saya berencana membuat dongeng sendiri dengan bantuan gambar-gambar yang ada. 

Di hari pertama ini, saya menggunakan buku pinjaman dari perpustakaan yang berjudul That’s not my unicorn, a touchy and feely book. Buku untuk anak-anak melatih indera perasa dengan melalui sentuhan.  Simak cerita saya tentang unicorn dibawah ini.

Unicorn


Si kecil Sienna penasaran dengan unicorn. Pertama kali dia melihat unicorn di film-film yang ada di televisi.  Dia bertanya sama ibu tentang unicorn. 

Menurut ibu, unicorn itu binatang yang baik hati, suka menolong. Badannya mirip seperti kuda kecil, bentuk kakinya pun mirip seperti bersepatu. Sedikit terbelah dibagian tengahnya. Yang membedakan unicorn dengan kuda selain ukuran badannya lebih kecil, unicon memiliki satu tanduk yang tumbuh pada dahinya. Tersembul indah diantara helaian bulu yang tumbuh di punggung leher hingga bagian dahi. Makin tambah penasaran dengan binatang satu ini. 
 “Sienna, ayo kita sama-sama gosok gigi biar gigi sehat dan kuat.” Suara ibu membuyarkan lamunannya. Dia bergegas menghampiri ibu yang sudah menunggu depan pintu kamar mandi untuk gosok gigi bersama.


Sienna masih belum bisa melupakan tentang unicorn. Akhirnya Sienna tidak bisa menahan hatinya untuk berterus terang kepada ibu.  “Ibu, boleh kah aku memelihara unicorn?”  

“Ah kamu masih penasaran dengan unicorn? Sini yuk ikuti ibu.” Muka ibu terlihat ceria dan memegang tangan Sienna berjalan keluar dari rumah. “Ibu punya kejutan buat kamu jadi kamu tidak boleh melihat melihat dulu ya.” Ibu menutup mata Sienna dengan saputangan lebar bercorak bunga-bunga.

“Kita mau kemana ibu?” Sienna bertanya
“Namanya kejutan, ibu tidak akan memberitahu dulu ya.”

Setelah berjalan cukup lama, akhirnya ibu berhenti, dan bicara, “Sekarang ibu buka penutup matanya, Sienna bisa lihat dimana kita sekarang ini?”
“Ini taman indah, ibu. Kita lagi dimana?”
“Iya kita sedang ada di taman special. kenapa special? Selain tamannya indah karena disini Sienna bisa bermain dengan unicorn.”
“Unicorn? Bermain dengan unicorn?” Sienna teriak kegirangan.
“Sienna..., tunggu. Di lapangan sana kamu lihat, ada beberapa unicorn. Kamu boleh bermain dengan unicorn terpilih. Ingat terpilih. Kamu hanya boleh bermain dengan unicorn yang tandungnya warna warni seperti pelangi.”
“Ada unicorn bertanduk warna warni?” Sienna bertanya dengan gembira
“Iya, itu yang sudah ibu pilihkan untuk kamu. Ingat ya. Hanya unicorn yang tanduknya bersinar, jangan dekati unicon lain. Karena itu milik anak lain. Now you can go, darling.”

Sienna berlari ke arah lapangan yang ditunjuk ibu. Dia melihat beberapa anak sedang asik bermain dengan unicorn. Sienna mencari-cari unicorn yang bertanduk warna warni. Dia melihat seorang anak perempuan berbaju merah membelai unicorn putih bertanduk krem kekuningan. Saking senangnya Sienna ingin sekali membelai unicorn meskipun itu bukan unicorn untuk dia. “Hello! Bolehkah aku menyentuh bulunya?” Sienna berkata pada si anak perempuan berbaju merah.

“Iya tentu.” 

Sienna membelai punggung unicorn sampai di pangkal ekornya. Tiba-tiba dia menyadari hal yang aneh. Kok ekornya sangat halus bulunya dibanding bulu di bagian punggung.  Dia lihat bagian kakinya, betul seperti yang ibu cerita. kakinya terbelah di bagian tengah.




“Ini unicorn yang dipilih ibu untuk aku. Waktuku tinggal 30 menit untuk bermain sama unicorn ini.” Kata anak berbaju merah itu sambil melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya.

“Tigapuluh menit?” Sienna bertanya.
“Iya setelah itu aku harus pulang,” tambah anak berbaju merah itu. 

Tiba-tiba Sienna langsung ingat unicorn yang sudah dipilihkan ibu. Kenapa tidak aku cari dulu unicornku, Sienna berkata dalam hati. Dia pun berlari. Melihat beberapa anak di lapangan yang asik bermain dengan unicorn. Ada seorang anak laki-laki sedang duduk di punggung unicorn, terlihat sangat senang. Sienna pun semakin tidak sabar untuk menemukan unicornnya. Dia sudah membayangkan akan mengelus bulu atau mane yang tergurai indah pada lehernya, memegang sayapnya, juga menungganginya..... apakah unicorn akan membawanya terbang?  

Tiba-tiba Sienna merasa ada kilauan cahaya terang dibawah pohon rindang. Cuaca hari itu terlihat biasa tidak mendung tidak juga panas. Matahari sepertinya bersembunyi dibalik awan, seakan memberi kesempatan anak-anak bermain di tanah lapang ini tanpa merasa kepanasan.

Kembali pada sinar yang menyilaukan dibawah pohon rindang, Sienna penasaran untuk mendekat. Setelah jaraknya tidak telalu jauh, Dengan kedua tangannya sedikit menutupi kedua mata agar bisa melihat dengan jelas diantara sinar yang menyilaukan, akhirnya Sienna bisa melihat dibalik silaunya sinar itu seekor unicorn yang membemtangkan sayapnya. Cahaya silau berasal dari kedua sayap yang terbentang. 

Inikah unicornku? Sienna bergumam, hatinya berdegup kencang. Dia berjalan perlahan mendekati unicorn untuk memastikan apakah tanduknya juga bersinar. sebelah tangan masih setengah menutup matanya, satu tangannya lagi menggapai, ingin membelai mane, bulu indah yang terjurai pada leher unicorn. Dia merasa remasan halus pada jemari tangannya. Hatinya berdebar campur kebingungan bagaimana mungkin dia merasakan remasan. Bukankah dia mau membelai bulu leher unicorn? 

“Sienna... Sienna...” 

Suara yang dia kenal. Matanya terpincing karena sinar yang menyilaukan.

“Sienna.... bangun yu, kamu tidur lelap sekali sampai bangun kesiangan.” Suara ibu! Sienna membuka matanya dan merasa sinar menyilaukan mata. Dia terbangun. Langsung duduk di temapt tidur, memandang ibu yang berdiri di samping tempat tidur.

“Unicorn, ibu. Aku bermimpi ketemu unicorn.” Gumamnya.





#Harike-2
#Tantangan10hari
#GrabYourImahination
#Level10
#BundaSayang
#IIP














Comments

Popular Posts