Malaikat Lereng Tidar





Orang akan jarang mengenal nama Yapi Panda Abdiel Tambayongang.  Tapi tentu tidak asing ketika mendengar nama Remy Sylado, terutama bagi yang memiliki hobi membaca.  Remy Sylado dikenal sebagai serorang sastrawan, budayawan juga ahli bahasa.  Bagi saya tulisannya  Remy Sylado bagaikan juice.  Sarat nutrisi dan menyegarkan.  Selain membuka wawasan, Remy Sylado juga dalam menuliskan karya fiksinya sering menggunakan kosa kata bahasa Indonesia yang sudah jarang dipergunakan.

Ciri khas dialog dalam bukunya ringan, menyeimbangi rententan kalimat yang membuka wawasan pembacanya.  Dari berbagai buku yang pernah saya baca, saya sering kali tersenyum bahkan terbahak ketika membaca dialognya.  Culas, jujur, pintar dan banyak lagi. Justru itu yang membuat saya jatuh cinta sama buku-buku Remy Sylado.  





Ketika selesai membaca buku Remy Sylado saya merasa telah menghemat waktu dalam membaca beberapa buku dengan genre yang berbeda.  Bagaimana tidak, meskipun dalam karya fiksi, latar belakang cerita selalu berdasarkan riset dan lengkap dengan catatan-catatan kaki.

Ketika membaca tulisan di jilid belakang buku bahwa cerita ini 101% imaginasi.  Namun cerita yg disajikan sebenarnya berangkat dari kisah nyata satu abad silam.  Pikiran saya langsung melayang ke buku Remy Sylado terakhir yang saya baca sebelum Malaikat Lereng Tidar.  Matahari.  Hati bertanya-tanya apakah ini tentang kisah percintaan juga? Lalu pemikiran saya melayang kepada buku Remy Sylado yang saya baca pertama kali, Paris Van Java.  Page tuner yang membuat saya selalu ingin begadang karena tidak mau berhenti membaca.  Dan buku yang membuat mata saya bengkak karena terlarut dengan alur cerita yang menyedihkan.

Malaikat Lereng Tidar adalah kisah percintaan antara pemuda asal Minahasa dan pemudi asal Jawa, Jez dan Toemirah.  Awal cerita tentang keluarga si pemuda, Jez terasa lebih lengkap. Diurai panjang lebar terutama tentang adat dan istiadat keluarga.  Ketika Jez pertama kali bertemu Toemirah, tidak terlalu mendayu-dayu alurnya.  Kecuali ketika dialog saat Jez mengungkapkan perasaan hatinya terhadap Toemirah.  Singkat cerita mereka menikah.  Beberapa minggu kemudian Jez meninggalkan Toemirah untuk bertugas di perang Aceh.

Selama ditinggal sang suami ini, Toemirah yang tinggal bersama bapak dan ibunya mendapatkan cobaan akibat dari sifat culas dan liciknya Soembino. Laki-laki kaya yang sudah beristri delapan, dan ingin menjadikan Toemirah sebagai istri ke sembilannya.  Disini semakin terasa racikan sosial, budaya, politik digunakan dalam background cerita.





Secara keseluruhan setelah membaca buku ini, saya puas.  Tapi kalau mengingat adanya kisah percintaan pada pemeran utama tidak terlalu menghanyutkan perasaan saya seperti saat membaca kisah percintaan suami istri pemeran utama di buku Paris Van Java.

Sebagai ahli bahasa, dalam buku ini Remy Sylado juga mengenalkan beberapa fakta tentang penggunaan bahasa Indonesia yang membuat saya kaget.  Kata matakeranjang yang selama selama ini saya tahu, ternyata berasal dari "mata ke ranjang" (mata selalu tertuju pada urusan ranjang).  Juga penjelasan dari kata "butuh". Ternyata dahulu memiliki makna cabul. 

Untuk rekomendasi bacaan, saya memberi bintang 4.5.


_____
Judul buku Malaikat Lereng Tidar, pengarang Remy Sylado. 
Diterbitkan oleh KOMPAS Penerbit Buku. 2014


Comments

Popular Posts