Virus Corona


Virus Corona masih mewabah saat ini,  merupakan pengalaman ketiga saya selama tinggal di Singapura dengan wabah penyakit yang bersifat regional bahkan secara global.

Yang pertama SARS, tahun pertama saya tinggal di Singapura. Setiap saat mengikuti perkembangan berita di media cetak juga elektronik. Mencekam iya. Kedua flu babi. Dibanding SARS flu babi lebih sedikit menelan korban. Lalu yang terakhir ini virus Corona.

Sebagai negara yang porsi terbesar dalam industri retail juga pelayanan. Pemerintah tentu harus sigap dalam menangani wabah ini.  Tidak menimbulkan kepanikan dan memastikan warga untuk tetap tenang dan percaya kepada penanganan yang diberikan. Arahan yang diberikan kepada setiap warga untuk tidak mengenakan masker.

Masker hanya disarankan bagi orang yang sedang kurang sehat dan harus keluar rumah karena hal yang mendesak. Disarankan bagi yang sedang kurang sehat sebaiknya segera memeriksakan diri ke klinik terdekat atau dokter keluarga. Lalu beristirahat di rumah.

Jumat siang kemarin, saya janjian ketemu teman dari Jakarta yang hendak berakhir pekan di Singapura. Saya nitip masker sekalian beberapa makanan halal yang jarang ditemuin di Singapura. Teman surprise melihat para pegawai imigrasi di Singapura tidak pakai masker, sementara pegawai imigrasi di Soetta justru semua mengenakan masker. Dan dalam berita terkini, di Singapura sudah  ada 18 orang yang positif kena virus corona. Di Indonesia belum ada tanda-tanda yang positf.

Tidak adanya warga yang positif terkena virus corona di Indonesia ini, menarik perhatian salah satu tokoh medis di Australia dan diangkat menjadi headline news di The Sydney Morning Herald.

Setelah menerima dua box masker dari teman, saya kembali pulang ke rumah tanpa mampir kesana kemari. Terlebih si bungsu hari ini kurang sehat.

Alasan saya memesan masker dari Indonesia untuk persedian.  Seandainya kondisi yang tidak diinginkan terjadi.  Sementara saat ini cukup sulit mendapatkan masker baik di apotik maupun toko-toko besar.  Beberapa minggu sebelumnya banyak warga asal Tiongkok yang mau mudik maupun yang tidak mudik membeli dalam jumlah banyak lalu dikirim untuk sanak saudara di sana.

Teman-teman yang mengisi long weekend tahun baru Imlek nyebrang ke Batam atau ke kota besar lainnya di Indonesia. Pulang dengan membawa masker dalam jumlah banyak. Selain untuk persediaan sendiri juga memenuhi pesanan teman-teman.

Hal ini tentu tercium oleh pemerintah. Kementrian Perdagangan dan Industri tidak menunggu lama untuk mengambil tindakan. Mereka menghimbau para retailer juga pemilik e-commerce agar untuk tidak menjadikan kesempatan dalam kesempitan. Menaikan harga masker karena langka di pasaran. Tindakan yang diberikan bagi yang menglanggar himbauan ini sangat berat yaitu denda sebesar $2,000 atau kurungan maksimal 2 tahun.

Membaca berita ini, mengingatkan saya pada kampung halaman.  Seandainya tindakan yang diambil oleh Kementrian Perdagangan dan Industri Singapura ini juga dilakukan oleh Kementrian yang sama dan bekerja sama dengan para Pemda agar menghindari lahirnya para oppurtunist ini.




Comments

Popular Posts