Adakah kebiasaan baru selama pandemi?



Selama pandemi Covid-19 ini kita mengenal istiilah Work from Home (WFH) juga belajar di rumah (HBL).  Setiap orang pasti memiliki kesan berbeda akan dua hal ini. Suka atau tidak tetap harus dilaksanakan, karena merupakan aturan pemerintah yang harus dipatuhi oleh semua warga agar bisa segera memutus mata rantai penularan virus ini.

Dari mulai awal peraturan ini diberlakukan sampai berjalan lebih dari satu bulan, tidak jarang ada orang-orang yang tak acuh dengan aturan ini. Tetap melakukan kegiatan di luar rumah karena merasa sehat. Entah mereka tidak tahu karena tidak mendapatkan edukasi yang benar atau memang betul mengabaikan aturan. Biasanya karena merasa sehat tidak jadi tetap percaya diri beraktivitas di luar rumah sekalipun aktivitasnya bukan hal yang penting.

Seperti kejadian yang masih hangat di gedung Sarinah Jakarta Pusat.  Hanya karena satu gerai restoran cepat saji akan ditutup, begitu banyak orang berdatangan.  Berbagai alasan disampaikan oleh mereka dan bagi saya yang mengikuti berita di media online, apapun alasan yang disampaikan mereka tetap terasa konyol dan norak. Jangan bilang orang-orang yang berkumpul di sana itu tidak mengecap pendidikan. Hal ini yang membuat saya tidak bisa berkata lebih banyak lagi, speechless.

Kembali kepada judul di atas, Adakah kebiasaan baru selama pandemi ini berlangsung? Bagi saya ada. Ada beberapa tepatnya. Mas bojo yang biasanya kerja hampir setiap saat tujuh hari dalam seminggu, kini selalu ada di rumah, anggota rumah lengkap berkumpul selama 24 jam. 

Kerepotan saya di dua minggu pertama adalah, mengalihkan si bungsu yang suka protes karena tidak diijinkan main gadget. Melihat bapak dan kakaknya yang lengket sama handphone juga laptop hampir seharian. Sementara tugas dia sebagai murid PAUD berupa aktivitas yang merangsang kreativitas. Dan itupun dilakukan tidak dalam waktu lama. Sementara si kakak hampir seperti hari-hari normal bersekolah. Dari pagi sampai siang, kadang baru selesai jam tiga siang. 

Selain berkumpulnya semua anggota rumah dalam 24 jam. Kami juga membuat jadwal menikmati film keluarga setelah jam makan malam. Mulai film-film di Netflix sampai sewa film yang masih baru beredar di bioskop. Dari kebiasaan ini, saya jadi tahu salah satu gaya belajar si bungsu yang dominan, audio. Dengan nonton beberapa serial di tv yang dia sukai, dia mampu mengucapkan kembali dialog-dialog setiap karakter dengan lancar. Kami bertiga impressed, meskipun lama kelamaan membuat si kaka jengkel karena merasa terganggu. Karena si adik lebih dulu mengucapkan dialog sebelum si karakter dalam film.

Saat masuk bulan Ramadhan, jadwal berubah. Selain memang sudah lebih dari satu bulan dalam mode Diam saja di Rumah, kami berempat punya kegiatan baru yang berbeda sesuai dengan keinginan masing-masing. Kebersamaan yang selalu rutin terjadi dan lebih dari satu kali dilakukan dalam sehari adalah main monopoly deal. Ini seru banget, si bungsu sudah tidak nangis atau meranjuk lagi kalau salah satu dari kita mengeluarkan kartu Deal Breaker.

Lalu siang ba'da dzuhur, biasanya saya sama mas bojo menikmati movie time. Film-film yang belum sempat kita tonton. Seru juga dan refreshing. 

Girls' talk, pun hadir di sela-sela keasikan masing-masing. Alhamdulillah dimulai oleh si kaka juga. Dan bahasannya dalam kalau menurut saya. Lebih kepada moral. Bagaimana memaknai puasa di masa pandemi ini. Rasa syukur yang hadir ketika kita berbicara keadaan di luar sana dengan mengikuti berita up date  yang setiap saat nongol pada ponsel kami. 

Oh iya, kami bertiga semua mengaktifkan berita tentang Covid-19 di telepon seluler masing-masing. Jadi saat ada notifikasi masuk, salah satu dari kami yang membaca duluan akan merespons. Biasanya dari sini kami jadi ngobrol asik tentang pandemi ini. Termasuk Do's and Don'ts yang dilabrak orang lain. Wise or not wise, necessary or unnecessary things. Ini gak kalah asiknya. Sambil menyelipkan pendidikan moral pada si kaka.

Tapi ada satu hal baru yang gak kalah pentingnya bagi saya pribadi. Selama dalam mode Diam saja di rumah, saya bisa berdandan depan suami minimal selama 8 jam. Berdandan disini gak menor juga sih. Tapi tetap mengenakan make-up dan berbaju rapi. Kapan lagi coba bisa begini? Serasa mengulang jaman dating dulu. Bedanya sekarang sudah suami istri dan tempat datingnya dalam rumah. Rapi dan wanginya tetap sama seperti, dan waktu bersamanya lebih lama tentunya dibanding jaman dating. 

Bila teman-teman di luar sana sempat melontarkan candaan, gara-gara Covid-19 lipstick, bedak dan pensil alis jadi awet. Itu tidak terjadi bagi saya. Justru lebih sering terpakai dibanding hari-hari biasa. Karena suami kerja di luar rumah biasanya lebih dari 10 jam, lalu jarang keluar rumah pula. 

Lalu, bagaimana dengan anda, adakah kebiasaan baru selama pandemi covid-19 ini?  






Comments

Popular Posts