Mengenal Keahlian Sendiri di Kelas Bunda Cekatan

Journal pekan kedua kelas Kupu-kupu program Bunda Cekatan.


Setiap member di kelas Bunda Cekatan akan makin memahami cara meningkatkan kualitas ilmu dan keterampilannya dengan cara yang baik dan benar.




Setelah fase perkenalan mentor dan mentee minggu lalu, tahap selanjutnya mengenalkan skill masing-masing. 

Asiknya program mentorship di Institut Ibu Profesional ini tidak ada istilah mentor bisa memberikan materi sesuai keinginannya. Tapi memberikan sesuai porsi dan kebutuhan mentee. Bila mentor memiliki lebih dari satu mentee maka materi yang diberikan akan berbeda tergantung dari "rasa haus" sang mentee selama program ini berlangsung. 

Apabila mentee kurang antusias, tugas mentor di sini bukan sekedar memberi materi sebagai mengugurkan kewajiban. Tapi membangunkan kembali tujuan mentee dalam program mentorship ini. Apakah betul-betul topik yang dia pilih sesuai dengan mind map. Bila usaha ini tidak juga direspons dengan baik. Maka mentor tidak perlu khawatir merasa gagal dalam bertugas. Di kelas Kupu-kupu ini tantangannya lebih tinggi bagi member tidak sekedar ingin lulus agar mampu melanjutkan ke tahap selanjutnya.


image HR Daily Adviser


Mentor


Ibu Septi, founder IIP sekaligus yang menjadi fasilitator di kelas Bunda Cekatan ini berulang menekankan, program mentorship ini betul-betul harus menghadirkan rasa saling mengisi. Bila memang skill mentee ternyata lebih berpengalaman pada bidang yang dipilih, makan hubungan mentor - mentee ini akan menjadi peer mentorship. Untuk mengetahui tingkat pengalaman para mentor dan mentee, di pekan kedua ini semua member harus melakukan self assesement. Lalu langsung berkomunikasi melalui video call.

Alasan kenapa harus video call, agar lebih mudah memahami gestur tubuh dan terasa lebih hidup dalam mengenal satu sama lain. 

Sesuai kesepakatan dengan mentor, Senin 9 Mei kemarin kami melakukan video call. Alhamdulillah tidak ada rasa kikuk atau kaku karena baru kenal. Awalnya ada kendala signal yang kurang baik, sehingga sempat terputus beberapa kali. Lalu kami mencoba pindah dari platform fb messanger ke whatsapp. Dan alhamdulillah semuanya lancar.

Rasa senang menyelimuti hati, kami menyelipkan candaan di tengah obrolan seru. Ternyata banyak kemiripan, misalnya dalam membaca buku. Kami suka membaca lebih dari satu buku di waktu yang sama. Alasanya pun sama, saat bosan dengan buku yang satu maka akan pindah ke buku yang lain.

Kalau saya biasanya satu buku fiksi dan satu lagi nonfiksi. Atau satu buku berbahasa Indonesia satunya lagi buku berbahasa Inggris. Sementara mentor saya bisa membaca tiga buku di waktu yang sama. Rekor terbaik saat punya waktu luang dia menamatkan satu buku dengan 400 halaman dalam waktu 2.5 jam. Bagi saya, minggu ini bisa menamatkan novel fiksi berbahasa Inggris dengan 530 halaman  dalam 4 hari aja sudah rekor! Bila saya cukup senang bisa membaca 10 buku dalam setahun, mentor saya bisa melahap puluhan buku dalam setahun. Ruaar biasa!

Selain membaca beberapa buku di waktu yang sama, persamaan lainnya ingin membuat kebiasaan untuk Mengikat makna buku-buku yang sudah dibaca. Buah hasil kekaguman kami berdua pada almarhum Hernowo Hasim yang melahirkan konsep Menulis Untuk Diri sendiri (MUDs) dan Mengikat Makna.  Di sini saya lebih beruntung bisa mendapat arahan langsung dari almarhum selama seminggu dari jadwal yang ditetapkan yaitu empat minggu. Pelatihan terputus karena beliau dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.

Dari obrolan seru ini, kita bisa saling tahu pengalaman dalam membaca buku, membuat review buku dan mengikat makna. Sedikitnya sudah tergambar tentang goal mentorship yang merupakan bahasan di pekan ketiga nanti.


Mentee


Untuk dua mentee, sampai hari ini saya belum membuat jadwal yang pasti. Satu tetap berkomunikasi lancar tapi sedang sakit, yang satu lagi belum merespons pesan yang saya kirim di awal pekan kedua ini. Semoga masih bisa terkejar dalam dua hari ini.📕




#janganlupabahagia
#kelaskupukupu
#BundaCekatanbatch1
#iip













Comments

Popular Posts