False Celebration di Kelas Bunda Cekatan



Memasuki pekan ke lima program Mentorship Bunda Cekatan.





Setelah melakukan check in dan review di pekan ke empat yang lalu, kini kami melakukan check progress untuk mengetahui sejauh mana kita melakukan kegiatan yang sudah dituangkan ke dalam action plan. Lalu bersama mentor melakukan false celebration dan 360 degress feedback agar kita betul-betul menjadi kupu-kupu yang tidak saja cantik tapi juga menebar manfaat kepada lingkungan.

Check Progress

Saya melakukan check progress secara mandiri, membuat catatan-catatan kecil untuk bahan yang akan didiskusikan dengan mentor. Ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan target. Screen time minggu lalu melonjak, meskipun ini tidak masuk dalam program mentorship. Tapi ini seperti lampu kuning alias peringatan bagi saya. Karena sejak tahap kepompong sampai sekarang, mengontrol screen time bagian dari Manajemen Waktu saya tetap berlanjut. 

Mengatasai hal ini ke depannya saya harus mereview kegiatan harian dengan membatasi cukup tiga aktivitas yang  penggunaan gadget. Sehingga dalam sehari screen time tidak lebih dari lima jam. Syukur-syukur bisa empat jam untuk mendapatkan excellent badge.

Dalam action plan saya menuliskan dua aktivitas yang ingin saya tekuni melalui program mentroship ini, yaitu membaca buku secara rutin dan menuangkan bacaan dalam tulisan. Membuat review buku bila bacaanya fiksi sementara untuk buku non fiksi selain membuat review juga mengikat makna sehingga apa yang sudah dibaca akan melekat ilmu yang didapatkan. Tidak mudah menguap begitu saja.

Membaca buku, di minggu pertama saya berhasil menamatkan novel berbahasa Inggris setebal 408 halaman dalam lima hari. Lalu minggu kedua saya membaca buku religi tentang Rahasia Shalat menurut Ibnul Qayyim. 

Meskipun buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, saya tidak bisa menamatkan dalam waktu seminggu sesuai target karena dua hal.

Yang pertama, penerjemah sangat hati-hati dan detail dalam menerjemahkan tulisan sehingga berkesan berulang-ulang. Saat membacanya sepintas seperti pengulangan yang mengakibatkan rasa bosan dan tidak mendapatkan makna dari penjelasanan yang sebetulnya sangat dalam.

Kehati-hatian itu yang memperlambat saya dalam mengikat makna. Yang kedua adalah babak belurnya Manajemen Waktu seperti yang saya jelaskan diatas. Selain komunikasi dengan keluarga di tanah air yang lebih intens karena kondisi yang membuat demikian. Juga adanya dua program rutin yang sudah kembali aktif. Sebelumnya dua activitas ini libur selama Ramadhan hingga dua minggu di awal Syawal. 

 False Celebration

Terus terang saya baru mendengar istilah ini. Awalnya saya berpikir sama maknanya dengan premature celebration, ternyata beda. Perayaan yang dilakukan setelah kita melakukan check progress pada aktivitas kita yang telah dituangkan dalam action plan. Apakah berjalan sesuai dengan perencanaan kita atau tidak.

Bila melenceng apalagi sudah melewati tengat waktu, kita harus tahu alasannya serta mempersiapkan langkah-langkah untuk perbaikan agar ke depannya tidak terulang kembali.  Yang harus digarisbawahi adalah pesan dari fasilitator yang sekaligus founder dari Ibu Profesional yaitu Tidak masalah kita melakukan kesalahan selama kita bisa memetik pelajaran dari kesalahan itu. Sehingga tidak mengulang kesalahan yang sama. 

Saya menyampaikan check progress diatas kepada mentor yang disebut 360° feedback. Dan alhamdulillah dapat feedback dan arahan yang baik. Membaca buku nonfiksi tidak sekedar ingin segera selesai baca. Apalagi dibarengi dengan mengikatnya dalam tulisan.

Sementara False Celebration dengan mentee, saya menyiapkan pendekatan. Idenya muncul saat 
sedang menyiapkan wafel untuk sarapan Sabtu pagi ini tanpa ribet seperti dulu untuk mengikuti selera anak-anak yang berbeda. Si sulung suka garing sementara si bungsu suka klasik. Sama-sama wafel tapi harus pakai dua resep berbeda.  

Setelah berkali-kali percobaan akhirnya saya menggunakan resep martabak yang sudah biasa saya gunakan, lalu sedikit dimodifikasi.  Hasilnya cocok untuk dua jenis wafel yang disukai anak-anak. Hemat waktu dan tentu membuat saya lebih senang dengan temuan ini.  Lalu saya membuat e-flyer  dan mengirimkan kepada mentee sebagai bahan obrolan di check progress dan false celebration. 

Saya lengkapi dengan kata-kata Ideation, Gercep dan Happy. Modifikasi resep merupakan bagian dari Ideation yang merupakan salah satu karakter kuat saya. Gercep (activator) berarti hemat waktu untuk dua jenis wafel yang berbeda. Dan happy karena bisa menyiapkan sarapan tanpa ribet dan anak-anak juga senang.

Ini merupakan contoh mengenali diri sendiri agar mood tetap terjaga, tidak sensi dan mudah uring-uringan. Menjalankan metode apapun harus disesuaikan dengan karakter. Tidak asal mengikuti contoh. 

Mengawali oboran, saya memberikan quiz sederhana untuk mengetahui personalitas mentee. Dari sini diketahui karakter dominannya Plagmatis, karakter minornya Melankolis. Saya menyampaikan kekuatan dan kelemahan dua sifat tersebut. Bila dalam ajaran Islam, dua karakter tersebut tercermin pada sosok Abu Bakar Shiddiq (plagmatis) dan Ustman bin Affan (Melankolis). Pengenalan  personalia singkat ini berhasil membuat mentee lebih semangat.

Siapapun juga akan sangat senang bila mengetahui bahwa kita dianugrahi sifat bawaan sama dengan dua sahabat Rasulullah SAW. Mampu meneladani atau tidak semua tergantung dari keinginan sendiri. Semoga semangat ini bisa melahirkan langkah-langkah baik dalam mencapai target atau apa yang diinginkan sesuai dalam action plan.

Saya juga mengingatkan obrolan dua minggu sebelumnya membuat daftar aktivitas yang membuat bahagia. Dari mulai hal yang sederhana sampai yang perlu usaha keras. Segalanya bisa dilakukan dengan mudah ketika kita bahagia. Itulah pentingnya mencari tahu apa yang membuat kita bahagia. 




Comments

Popular Posts