Rahasia Shalat; part 5

Setiap rukun shalat memiliki rahasia serta pengaruh tersendiri. Masing-masing mempunyai nilai ibadah yang tidak terdapat pada rukun yang lain.

Menurut Ibnul Qayyim, bagi orang yang merasakan kelezatan shalat pastilah mengetahui bahwa tidak ada rukun shalat lain yang layak menempati posisi rukun takbiratul ihram dan membaca surat Al-Fatihah selain kedua rukun tersebut.

Ketika sedang melaksanakan shalat, biasanya kita  berhenti sesaat setelah selesai membaca surat Al Fatihah kita menutupnya dengan kata amin. Pengucapan kata ini mengandung makna optimis dan yakin bahwa doanya dikabulkan oleh Allah SWT.  Momen ini menurut Ibnul Qayyim diibaratkan kita sedang menunggu jawaban Allah SWT; "Hamba-Ku telah memuji Aku." Ini tertuang dalam HR Muslim (no. 395) bahwa setiap ayat di dalam surat Al-Fatihah memiliki nilai ubudiyyah tersendiri. 

Aspek ubudiyyah dalam gerakan shalat

Gerakan anggota tubuh saat melaksanakan shalat adalah bentuk penghambaan diri dan pengaggungan terhadap perintah Allah demi meneladani Sunnah Rasulullah SAW.  Ubudiyyah ini adalah hiasat shalat sekaligus sebagai bentuk pengagungan terhadap syi'ar-syi'arnya. 

Mengangkat tangan merupakan ubadiyyah dengan sarana kedua tangan. Diisyaratkan bagi seorang hamba untuk bertakbir pada setiap perubahan gerakan shalat dari satu rukun ke rukun yang lainnya sebagaimana talbiyah bagi pelaksanaan ibadah haji dari satu manasik ke manasik lainnya. fungsinya agar hamba mengetahui bahwa rahasiaahalat sesungguhnya adalah mengagungkan Rabb SWT dengan mempersembahkan ibadah hanya kepada-Nya.

Gerakan ruku', dengan membungkukkan tulang sulbi untuk tunduk kepada Allah, merendahkan badan, kepala dan punggungnya mengagungkan-Nya serasa melafalkan bacaan tasbih dan ta'zhim. Dengan begitu, terhimpunlah aspek ketundukan hati, anggota badan dan juga lisan dengan posisi penghambaan diri yang paling sempurna.

Kesempurnaan ubudiyyah ruku' adanya pengagungan terhadap Rabb  yang menguasai hati, maka semakin diri terasa kecil dan lemah di hadapan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ruku hati  mengakaui hakikat diri dan niat baik. Ruku' anggota badan adalah mengikuti aturan syariat dan menyempurnakannya. Lalu mengucapkan "Maha suci Rabbku Yang Maha Besar'.

Setelah ruku' kita disyariatkan untuk i'tidal.  Pada posisi ini kita memuji dan menyanjung Rabb yang telah memberi taufik. Dalam HR, Bukhari (no 796), Rasulullah bersabda: Ketika imam shalat mengucapkan 'Sami'allahu liman hamidah' (Allah mendengar siapa saja yang memuji-Nya), ucapkanlah: 'Allahuma Rabbana lakal hamd' (Ya Allah ya Rabb kami, bagi-Mu segala puji); karena barang siapa yang ucapannya selaras degnan ucapan Malaikat, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. 

Posisi i'tidal adalah salah satu rukun utama shalat yang sama kedudukannya dengan ruku' dan sujud. Maka itu Nabi SAW memanjangkan temponya, seperti beliau memanjangkan tempo ruku' dan sujud. Pada posisi ini beliau memperbanyak tahmid dan tamjid (سُبْحَان اللهِ وَالْحَمْدُلِلّهِ وَلا إِلهَ إِلّااللّهُ وَاللّهُ أكْبَرُ).📗



Sumber: Manfaat Shalat, menurut Ibnul Qayyim. Penerbit: Pustaka Imam Asy-Syafi'i. Terbit 2016.


Comments

Popular Posts