Ain't outdated, I'm Vintage

I'm more vintage than I am high fashion
Katerina Graham





Seorang teman lama menyapa lewat whatsapp. Mengomentari salah satu eflyer yang aku posting di media sosial. Karakternya memang suka langsung ke permasalahan, dimulai dengan saran kenapa gak ganti model kacamata dengan jenis kawat tipis warna emas? Kujawab tanpa ba bi bu juga, "Gitu ya? Entar deh gue beli yang dua dolaran di daiso banyak juga tuh ada dua model. Persegi atau oval. Buat selingan aja kan? Bisa mencak-mencak mas bojo kalau gue ganti kacamata permanen."

"Emang nape? mahal ya? bagus sih model yang hitam kaya gitu, tegas laaah kesannya." Lanjutnya.  "Terus tuh baju loe juga. Napa sih mesti gitu, sesuain kek sama yang berbau internasional. Rompi loe tuh kaya yang biasa dipake inang-inang tahu bahahahhaha..."

"Ajigile, loe lupa gue kan suka yang berbau-bau vintage. Bagus lah kalau selera inang-inang disukai designya sama orang amrik sono. Gue kagak tahu juga waktu beli itu rompi ternyata merk sono. Fokus sama bordirannya cuy."

"Ya kagak apa-apa loe suka vintage, cuman loe mesti rubah dikit nape penampilan disesuaikan." Dia tetep keukeuh.  Kusambung juga, "Eh nek, tahu gak? Gue tuh nanya dulu sama abg gue foto mana sebaiknya yang dipake buat itu flyer. Setidaknya udah disaring biar dia juga hepi lihat emaknya. Lain kali gue kirim juga ke elo ya kekeekeek..."

Sah-sah saja temenku menyarankan agar penampilan gak harus monoton gitu-gitu aja. Harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Akupun setuju tapi berganti-ganti penampilanpun tetap harus memperlihatkan ciri khas kita sendiri. Karena karakter significant  aku masuk di deretan terbawah yang diwakili oleh Abu-abu alias lemah. Makanya nggak pinter mencari perhatian dengan penampilan gaya wah. Yang penting nyaman. 

Beberapa waktu yang lalu sempat booming model design shabby chic vintage.  Warna-warna pastel dengan sentuhan bunga yang memberi kesan cantik juga menggemaskan. Sebagai pencinta vintage tentu aku juga suka banget dengan design itu. Pakai baju atau tas dengan corak yang demikian, tapi kalau dilengkapi aksesoris vintage yang ramai agak risih juga pakainya. Bagaimana dengan rumah? Rumah lebih ke minimalist living style. Warna dominan dengan Abu-abu. Sentuhan vintage berupa meja di ruangan tamu yang dibuat dari satu batang pohon utuh. 

Sebagai pencita design vintage dengan karakter significant yang lemah, urusan baju jadi lebih mudah dan tidak perlu update setiap saat mengikuti trend model, menolong kesehatan isi dompet banget. Ini mungkin salah satu alasan yang membuat temanku gemas. Sejak pake kacamata empat tahun yang lalu kok nggak ganti-ganti. Bosen juga kali melihatnya. Bagi aku update isi kepala yang lebih penting dibanding penampilan. Karena itu bisa membantu kelancaran komunikasi di manapun kita berada sehingga kita bisa beradaptasi dengan mudah. 

Nggak ganti kacamata selama empat tahun buat aku justru itu bagus, berarti aku berhasil menjaga kesehatan mata. Gonta-ganti kacamata itu pas bagi para pengguna kacamata minus. Kalau perlunya untuk membaca seperti aku sih satu aja cukup, kecuali punya sifat pelupa. Itu lain cerita. 

Aku jadi bayangin gimana reaksi temenku saat nanti aku mempraktekan gaya hidup minimalist?   Saat ini masih tahap mempersiapkan diri, butuh beres-beres barang untuk mensortir mana yang betul-betul dibutuhkan. Gaya hidup ini akan menjadi salah satu resolusi 2021, bismillah.

Comments

Popular Posts