Adakah Kehidupan Setelah Kematian (Part 1)

Mengikat makna adakah hidup sesudah  hidup sekarang dari buku Pelajaran Agama Islam 3, karya Dr. Hamka. Bahasan Rukun Iman ke lima, mengimani hari Kiamat. 


Persoalan yang muncul dalam pemikiran manusia. Adakah hidup sesudah hidup yang sekarang? Bukan saja dalam pemikiran agama juga dalam pemikiran filsafat.

Dalam buku Pelajaran Agama Islam, Dr. Hamka menuangkan secara lengkap baik dari buah pikirannya serta pendapat beberapa kaum dan tokoh besar dunia tentang kehidupan setelah kematian.


1. Paham Kaum Materialis

Menurut kaum materialis nyawa itu tidak ada, hanyalah bekas dari benda. Seperti halnya itak menimbulkan pikiran, perut meninginkan makanan maka gabungan benda yang menjadi badan ini. Kalau telah sempurna jalannya, timbullah akibatnya, yaitu nyawa. Apabila darah tidak berjalan lagi, hilanglah hidup. 

Benda itu senantiasa berubah-ubah sifatnya.  Demikian juga dengan tubuh manusia, lalu berubah menjadi tanah kembali dan menimbulkan tumbuh-tumbuhan.

Demikian juga ketika manusia mati, menurut mereka dia mati. Melainkan berubah sifat dan bentuknya. Benda ini adalah kekal dalam perubahan dan berubah berubah dalam kekekalan. Jadi apa yang dinamakan nyawa, jiwa, pikiran, akal dan hidup adalah bekas benda.

Pikiran ini pun digunakan dalam turun temurun anak cucu. Yaitu keturunan dari orang yang terdahulu. Jadi tidak ada lagi hidup di alam yang lain. Tidak ada akherat.


2. Paham Kaum Spiritualis

Susah menjadi kenyataan bahwa akal, pikiran, cita dan sebagainya adalah menjadi pendorong dari kemajuan jasmani.

Serba-serbi kemajuan yang ada di dunia ini merupakan buah hasil dari pemikiran. Manusia tidak sempurna insaniahmya kalau bukan karena pemikirannya. Jadi pemikiran, akal dan nyawalah yang mengatur benda.

Paham serba nyawa ini mengingkari pendapat serba benda. Kaum spritualis menetapkan bahwa yang ada itu hanyalah nyawa semata. Benda adalah hasil dari nyawa. 

Lebih lanjut mereka pendapat bagamana kamu dapat melihat dan mengatakan sesuatu itu ada? Dengan mata? Apakah semata dengan matamu? Lalu bagaimana dengan orang yang lain yang tidak melihat? Misalnya kamu dan orang lain melihat bulan purnama. Dia bisa menampak bulan sementara kamu karena pikiranmu sedang fokus pada yang lain.

Hamka menggarisbawahi kedua aliran itu memiliki persamaan yaitu serba dua, yang dikenal dengan istilah dualisme. Benda dan nyawa, hidup dan mati, tinggi dan rendah, lahir dan bathin, aktif dan pasif, positif dan negatif. Adakah jalan keluar dari semua ini? 

Selama manusia bersifat ingin tahu segala soal ini akan tetap begitu keadaannya.

Para filsufpun terbagi menjadi dua. Tidak mengakui adanya nyawa dan yang lainnya sangat percaya akan adanya kehidupan di akhirat.

Filsuf besar yang mengakainadanya hidup di alam akhirat adalah Socrates. Dia tidak takut mati dihukum, disuruh minum racun. Kepada muridnya Crito dan Plato dia berpesan bahwa dia sama sekali tidak takut mati. Sebab dia percaya bahwa hidup yang akan ditempuhnya lebih bahagia, lebih indah dari hidup yang sekarang ini.

Plato pun percaya dari segi filsafat, bahwa di belakang hidup yang nyata sekarang ini adalah hidup yang lebih tinggi dan mulia yang ke sana kita semuanya ingin menuju. Sebab dari sana dahulunyakita datang. Ini yang dinamakan “Idealisme Plato.” Banyak pro dan kontra, dengan filsafat saja orang tidak akan mendapatkan kepuasan dalam hal ini. Karena filsafat tidak sanggup memberikan keputusan tentang hal yang ghaib. 


3. Percaya Hari Akhirat sebagai Prinsip Agama

Hanya dengan agamalah kekacauan pikiran karena filsafat dapat diselesaikan. Edaran filsafat adalah pada pikiran. Edaran agama pada iradat (kemauan) dan rasa. Dan hidup adalah gabungan dari pikiran, kemauan dan rasa. 

Hamka menjelaskan bila kita berada dalam agama apapun, kita pasti bertemu dengan kepercayaan akhirat. Agama Mesir kuno, mereka percaya di belakang hidup sekarang ini ada hidup lagi. Kepercayaan itu yang mendorong mereka membuat “mumi.” 

Demikian juga dengan kepercayaan Tiongkok. Dalam Hindu selain percaya dengan reinkarnasi, mereka mempercayai roh manusia akan kembali kepada Brahman, kesatuan segala. Sementara kepercayaan agama Buddha kepada nirwana setelah melalui berbagai sengsara.

Agama Islam, Kristen dan Yahudi yang berasal dari satu rumpun mempercayai dasar kepercayaan kepada hari Kiamat. Selengkapnya akan diuraikan pada tulisan part 2.




Comments

Popular Posts