Seragam Menjadi Alasan Untuk Memilih Sekolah

Hari ini terasa istimewa sekali. Di sela kesibukan pagi setelah anak-anak pergi sekolah. Saya menyempatkan untuk membalas whatsapp teman tentang materi diskusi seseruan dalam komunitas. Tetiba saya melihat ada sms masuk dari nomor yang tidak dikenal. Ternyata pesan dari Kementerian Pendidikan yang memberi tahu bahwa si bungsu diterima di sekolah yang kami pilih. Alhamdulillah serasa plong. Tidak menyangka pengumuman akan dikirim sepagi ini.

Pendaftaran masuk Sekolah Dasar di Singapura sangat teratur. Terbagi dalam fase-fase yang lebih mengutamakan warga negara mengingat banyaknya warga asing yang tinggal di sini. Anak saya masuk fase 2C, yaitu untuk warga negara yang orangtua juga saudara kandungnya bukan alumni bagi sekolah yang dipilih. 

Persyaratan utama untuk mendaftar Sekolah Dasar adalah jarak tidak lebih dari 1 Km. Di area kami tinggal ada lima sekolah yang berjarak sekitar 1.1 Km. Saya memilih sekolah yang banyak diminati. Sejujurnya saya tidak tahu apa yang menjadikan sekolah itu favorit, selalu ada sistem balloting dan hanya warga negara Singapura yang memilki kesempatan untuk diterima. Untuk mencari tahu ya kenapa tidak mencoba?

Suami sempat senewen dengan keputusan saya itu, menurut dia mendaftarkan ke sekolah almamater si sulung lebih mudah. Pendaftaran dilakukan di fase pertama. Dan sudah pasti diterima tidak perlu melalui proses pemilihan. 

Secara jarak, almamater si sulung sebetulnya sedikit lebih jauh dibanding sekolah yang saya pilih untuk si bungsu. Waktu si sulung masuk Sekolah Dasar belum ada bis yang melewati jalur menuju sekolah favorit ini, makanya saya dan suami memutuskan untuk mendaftarkan si kakak di sekolah yang lebih mudah ditempuh.

Hampir dua hari sekali saya mengecek laman Kementrian Pendidikan untuk mengetahui informasi berapa banyak orangtua yang mendaftar di sekolah tersebut, sehingga bisa tahu berapa anak yang akan masuk dalam proses balloting. Lalu saya juga memeriksa presentase almamater si kakak. Saya lakukan ini empat hari setelah melakukan pendaftaran tanggal 2 Agustus. Kadang-kadang saya screenshot dan mengirimkan ke handphone suami. Biar ada teman deg-degan menunggu kabar, haha!

Jujur sebelum memutuskan memilih sekolah mana untuk mendaftar, saya masih berat ke sekolah almamater si kaka. Saya suka program yang diberikan pihak sekolah yang diberikan kepada kelas 5 terlebih kelas 6 menjelang Ujian Nasional. Program pelatihan yang diadakan bekerja sama dengan pihak luar sekolah untuk membantu anak-anak memiliki jiwa explorer, percaya diri dan mampu memotivasi sendiri. Melalui program ini saya belajar speed reading dan mind mapping dari si kaka. 

Selain program pelatihan itu, pihak sekolah memberikan parenting workshop. Tapi saya yakin program sejenis juga akan diberikan di sekolah si bungsu. Mengingat semua sekolah mengikuti panduan yang sama dari Kementrian Pendidikan. Lagi-lagi saya bertanya pada diri sendiri kenapa sekolah tersebut menjadi pilihan favorit warga sekitar. Mengingat sama-sama sekolah negeri biasanya Kementrian tidak asal memberi label. Kecuali sekolah-sekolah top ten sudah menjadi rahasia umum. 

Ada hal yang lucu sebelum masuk waktu pendaftaran. Si kaka ngajak ngobrol si bungsu tahun depan ingin masuk ke sekolah yang mana? Lalu si kaka memperlihatkan seragam tiga sekolah. Dan si ade memilih satu foto. Si sulung bilang "Ok, pilihan ade sekolah ini, jadi tidak perlu berpikir dua kali waktu pendaftaran nanti." 

Saya tertawa melihat apa sudah dilakukan si kaka. Tapi saat mendengar alasan dia lebih enak lagi tertawanya. Pemikiran khas remaja, "Seragam itu penting lho, emang enak selama 6 tahun pake baju yang tidak kita sukai, terus diam-diam hati kita lebih suka dengan seragam sekolah sebelah." 

Ya ampuuuuun... ada-ada aja!




Comments

Popular Posts