Pembentukan Watak Melalui Perempuan


Mengikat makna Pembentukan Watak Melalui Perempuan dalam buku berjudul Perempuan karya Quraish Shihab.



Banyak pakar berbendapat bahwa kepribadian seseorang terbentuk melalui banyak faktor. Ibu, bapak, lingkungan serta bacaan merupakan faktor-faktor utama. Peran bapak dan ibu bermula sejak pembuahan dan berlanjut hingga terbentuknya kepribadian anak. Ini karena semua mengakui adanya faktor hereditas yang menurun kepada anak melalui ibu dan anak. Bukan saja dalam hal fisik melainkan juga psikis. Situasi kejiwaan ibu bapak saat pembuahan juga dapat mempengaruhi anak. 

Dalam kelahiran anak, peran ibu dan bapak jelas beda. tugas bapak setelah proses pembuahan sel ovum selesai. Sementara peran ibu masih berlanjut lama, mulai mengandung selama sembilan bulan. Lalu melahirkan dan masa menyusui dan membesarkan hingga anak bisa berjalan dan berbicara. 

Menurut Michael E. Lamb, seorang peneliti terkenal peran bapak tetap dibutuhkan untuk terlibat langsung dalam membentuk watak pada anak-anak. Karena bila hanya ibu yang membesarkan anak sepenuhnya tanpa kehadiran sosok lelaki maka peran ibu akan berkurang.

Dalam Al-Quran ada banyak ayat yang menyampaikan peranan bapak dalam membentuk watak dan kepribadian anak. 

QS Luqman ayat 13-19, menceritakan bagaimana seorang ayah menasehati anaknya agar tidak menyekutukan Allah SWT sambil mengenalkan beberapa sigar-Nya. Perlunya berbakti kepada orangtua, keharusan menghindari sikap angkuh juga tampil dengan cara-cara yang terhormat. Baik dalam berucap maupun dalam bertindak.

Sementara kisah nabi Ya'qub as, dalam mendidik anak-anaknya untuk menjadi muslim yang baik tercantum pada QS Al-Baqarah ayat 133. Selain dalam Al-Quran, kita juga menemukan dalam hadist tentang pentingnya peran ayah dalam mendidik anak.

Dalam pembentukan watak, Al-Quran menjelaskan peran bapak mendukung ibu dalam memperhatikan anak. Dalam QS Al-Baqarah ayat 233, bapak diibaratkan sebagai petani sementara ibu diibaratkan dengan lahan. Sebaik apapun benih, bila lahannya gersang atau dibiarkan ditumbuhi ilalang dan diserang hama, buah yang tumbuh tidak akan memuaskan. 

Juga bila buah tumbuh, petani dituntut untuk memperhatikan, membersihkannya dari noda, mengemasnya dengan baik dan indah sebelum dibawa ke pasar atau dimanfaatkan.    

Zakaria Ibrahim pakar psikologi Mesir dalam bukunya tentang psikologi perempuan menuliskan, "Jika kita meneliti meneliti kehidupan psikis perempuan, kita akan menyimpulkan psikis perempuan, kita akan menyimpulkan bahwa masokhisme, yaitu usaha mendapatkan kenikmatan dengan mnyakiti diri sendiri, berperan penting pada sebagian besar kehidupan perempuan. Ini merupakan konsekuensi dari struktur biologis perempuan.

 Unsur masokhisme itu berjalan seiring dengan unsur narsisme, yakni rasa kagum dan bermesraan dengan diri sendiri. Hal ini disebabkan oleh kehidupan psikis perempuan didasarkan atas semacam keserasian atau keseimbangn antara cinta diri dan upaya menyakiti diri sendiri."

Daya pesona yang berkekuatan besar paa penderitaan khususnya pada kehidupan perepuan yang tidak dapat kita temui pada diri lelaki adalah disebabkan kehidupan biologis perempuan memberi beban, derita dan pengorbanan yang besar bagi dirinya.

Dengan kata lain menanggung derita dan siap berkorban merupakan hal penting bagi perempuan sebagai konsekuensi dari fungsi reproduksinya. Beban reproduksi yang harus dipikulnya itulah yang menjadikan perempuan mengalami sirkulasi bulanan, melahirkan, menyusui, mendidik anak dan banyak lagi. Semua itu disertai oleh sakit atau derita, tetapi juga kenikmatan.

Sebagai orang yang beragama, kita percaya Tuhan telah menciptakan perempuan sedemikian itu untuk mengemban tugas yang berat.Yaitu mendidik dan membentuk watak serta kepribadian anak. 

Sifat keibuan pada perempuan sesuai dengan berbagai eksperimen yang dilakukan beberapa ahli. Sifat keibuan merupakan motivasi yang sangat besar. Dorongan ini bahkan lebih besar dan kuat dibandingkan dorongan akibat rasa lapar, haus, kebutuhan seksual dan rasa ingin tahu. 

Peran yang paling agung dan besar bagi seorang perempuan adalah perannya sebagai ibu. Peranan ini mustahil dilakukan lelaki. Ibulah yang berada si eumah, di sekolah, di rumah sakit, di jalan raya, di tempat bermain dan lain-lain khususnta pda masa pembentukkan dan kepribadian anak. 

Dua tokoh besar mengekspresikan rasa cinta agungnya terhadap peran perempuan sebagai ibu. Napoleon secara tegas menyatakan bahwa “Aku adalah ciptaan ibuku.” Abraham Lincoln berkata “Apa yang aku ketahui, yang aku lakukan, dan aku impikan semuanya adalah hasil kerja ibuku.”
 
Quraih Shihab menggarisbawahi bahwa peranan perempuan sebagai pembentuk watak atau pendidikbukan berarti dia tidak memiliki peranan yang lain atau tidak boleh bekerja. 

Kalau kembali pada ajaran Islam, pada masa Nabi Muhammad SAW, tidak sedikit perempuan yang bekwrja di berbagai bidang. Dan itu tidak menghalangi mereka menjadi istri, ibu serta pendidik yang baik.  

Ukuran terbaik antara ibu dan anaknya bukan apakah si ibu bekerja atau tinggal di rumah. Tetapi “keadaan emosi mereka yang tersembunyi.”♦️


Comments

Popular Posts