Adakah Kehidupan Setelah Kematian (Part 2)

Mengikat ilmu dari Pelajaran Agama Islam jilid 3  
Membincang Rukun Iman dalam Bingkai Wahyu dan Akal karya Dr. Hamka


Percaya pada hari akhirat sebagai prinsip beragama. Ketika berada dalam lingkungan agama, kita akan bertemu dengan kepercayaan pada akhirat. Pada tulisan sebelumnya telah dibahas adanya para filsuf yang percaya juga tidak percaya pada kehidupan setelah kematian. Serta kepercayaan agama mesir kuno, Buddha dan Hindu.

Dalam tulisan kedua ini, Dr. Hamka menjelaskan bahwa Islam, Yahudi dan Nasrani sebagai agama yang berasal dari satu rumpun, yaitu  agama tauhid (monoteisme) memiliki dasar kepercayaan kepada hari kiamat.

Penulis menegaskan bila mana telah diterima kepercayaan kepada Tuhan Maha Pengatur Alam, dengan sendirinya haruslah percaya kepada orang yang diberinya wahyu, yaitu nabi dan rasul. Ada 124.000 nabi dan 313 rasul dengan seruannya bahwa ada hidup lagi di belakang hidup ini. 

Sebab kepercayaan kepada hari akhirat adalah agama. Maka tidak percaya kepada hari akhirat artinya tidaklah beragama. Kepercayaan kepada agama, adalah kepercayaan dalam keseluruhan. Meninggalkan kepercayaan kepada hari akhirat, haruslah merombak seluruh kepercayaan yaitu tidak percaya kepada Tuhan.

Meskipun terdapat banyak perbedaan di antara agama-agama terutama di dalam upacara mengerjakan bakti dan ibadah namun di dalam kepercayaan kepada adanya Allah dan adanya hidup sesudah mati, seluruh agama dipandang satu. Tujuan agama adalah satu, yaitu mempercayai Allah dan mempercayai hari kemudian. 

Agama adalah satu dan Manusiapun Satu

Segala nabi dan rasul yang diutus Allah ke dunia ini, isi ajarannya hanya satu, tidak berbilang. Semua rasul dan nabi mengajarkan bahwa Allah itu adalah satu: kita wajib percaya akan adanya Allah. Dan semua nabi serta rasul itu mengajarkan pula tentang kehidupan yang kekal yang akan tempuh selepas mati. Pokok ajaran sejak Nabi Adam, sampai kepada Nabi Nuh yang mula-mula membawa syariat dilanjutkan oleh Nabi Ibrahim AS, sampai kepada Nabi Musa AS sampai kepada Nabi Isa AS , sampai kepada penutup segala nabi dan rasul, Nabi Muhammad SAW. Isi ajaran mereka hanya satu itulah: iman kepada Allah dan Hari Akhirat. 

Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya kami sekalian nabi-nabi, agama kami adalah satu." (HR Bukhari, diterimanya dari Abi Hurairah).

Kemudian juga dijelaskan dalam QS Al Baqarah ayat 213: "Adalah manusia itu umat yang satu, maka dibangkitkanlah oleh Allah nabi-nabi, kabar gembira dan ancaman, dan Dia diturunkan bersama mereka itu kitab dengan (berisikan) kebenaran, untuk memutuskan di antara manusia dalam hal hal yang mereka perselihkan..." 

Ayat ini menjadi dasar dari apa yang disabdakan Nabi Muhammad SAW, bahwa sekalian nabi itu agama mereka adalah satu. Maka sudah sewajarnya bagi orang yang mengakui dirinya Yahudi apa bila telah datang kepadanya berita nabi Muhammad SAW sebagai penutup segala nabi dan rasul itu bahwa dia sambut seruan itu dan  menyatakan percaya. "Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah."

Kalau mereka mengakui Nabi Allah Musa AS dengan Tauratnya, mengapa mereka tidak mengakui Nabi Muhammad SAW dengan Al Qurannya dan Nabi Isa AS dengan Injilnya? Padahal agama nabi-nabi itu satu. 

Kalau mereka mengakui Nabi Isa AS dengan Injilnya lalu kenapa mereka tidak akan mengakui Nabi Muhammad dengan Al-Qurannya? Mengapa terjadi perselisihan? Mengapa mereka menolak kerasulan Muhammad dan kesucian Al-Quran kalau mereka mengakui bahwa mereka percaya kepada Allah dan Akhirat?

Dalam QS Al-Baqarah ayat 213, kelanjutan ayat diatas: “Dan tidaklah terjadi perselisihan padanya, melainkan orang-orang yang telah didatangi oleh kitab-kitabitu, sesudah datang kepada mereka keterangan-keterangan , lantaran kedengkian mereka.”

Dengki! Itulah yang menjadi sebab mereka tidak mau percaya. Adapun jebenaran yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW, tidaklah ada selesihnya dengan yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. 

Dengkilah yang menjadi sebab mereka tidak mau mengakui apa yang disebut di dalam kitab-kitab suci mereka sendiri, yang memberikan isyarat bahwa nabi akhir zaman akan datang menyempurnakan syariat nabi-nabi yang terdahulu. Dan apabila dengki yang menjadi asal-usul dari kebencian, payahlah anak mencari penyelesaian. 



Comments

Popular Posts