Pengaruh Gaya Hidup bagi Kesehatan

Kemarin pagi saya mendapat kabar dari seorang teman. Dia kehilangan teman sekaligus rekan kerja yang sudah dikenalnya lebih dari dua puluh tahun.  Tanpa ada gejala yang berarti meninggal dunia karena leukemia ganas.

Almarhum masuk ke rumah sakit Rabu pagi karena ada pendarahan mata. Dia merasa penghilatannya kabur lebih parah. Saat itu dari hasil test yang dilakukan dokter mendiagnosa leukemia.  Sekitar pukul 7 malam almarhum dirawat dalam ruangan ICU. Dan sebelum pukul 7 pagi beliau dinyatakan meninggal.  Tidak sampai 24 jam berada di rumah sakit. 

Menurut teman saya, almarhum selalu terlihat sehat dan aktif. Tidak terlihat seperti layaknya orang yang mengidap kanker darah ganas.  Hanya akhir-akhir ini saat bergabung touring ke luar kota pernah mengeluh pusing. Lalu rombongan sempat beristirahat dan melanjutkan setelah dia merasa lebih baik.

Selama ini almarhum hanya mengeluh merasa kurang enak badan, kadang tidak ada nafsu makan atau pusing. Selain punya riwayat tekanan darah tinggi, tidak ada sakit serius lainnya.

Saya pernah ketemu almarhum pertengahan tahun 2017 ketika mereka berdua sedang bertugas di Singapura. Perawakannya tinggi besar dan orangnya sangat ramah. Kita bisa ngobrol akrab sekalipun baru kali pertama ketemu. 

Beberapa bulan yang lalu saya melihat di postingan IG teman, almarhum keliatan kurusan badannya. Tapi tetap fresh dan sehat, saya berpikir mungkin sedang PSBB jadi lebih teratur makan dan berolahraga. Seperti yang dilakukan oleh suami saya, selama pandemi Covid-19 dan work from home, dia bisa menurunkan berat badannya hampir tiga kilo.  

Berita kehilangan ini saya ceritakan pada suami. Bagaimana bisa pengidap leukemia ganas tidak merasakan gejala yang parah lalu saat diketahui dalam hitungan jam meninggal. Suami bilang itu lebih baik karena almarhum tidak menderita lama selama hidupnya. Sama seperti yang disampaikan oleh teman saya. Betapa Allah menyayangi dia, tidak ingin membuat dia menderita menahan rasa sakit dan merepotkan keluarga. Tapi kejadian yang begitu cepat ini juga membuat keluarga dan teman terdekat shock. 

Lalu suami mengingatkan tentang kematian seorang direktur radio FM yang terkenal di Singapura 14 Agustus kemarin. Itu juga sama tidak ada gejala yang memperlihatkan sakit yang serius. Dikenal sebagai sosok yang aktif dan baik bagi para koleganya. Meninggal di usia muda dan produktif, 50 tahun. 

Merenungi dua kabar ini, saya jadi teringat sama gaya hidup saya sendiri. Merasa sehat dan baik-baik saja seringkali tidak mengindahkan nutrisi yang baik. Sekalipun saya orang yang kurang suka mencoba jenis makanan baru dan yang aneh-aneh, tapi terlalu sering memanjakan diri dengan ngemil kudapan yang mengandung karbohidrat.

Asupan gula secara langsung memang tidak banyak, saya takar bila minum kopi dalam sehari tidak lebih dari 50 gram kira-kira kurang dari 2 sendok teh. Semoga gula dari makanan yang saya konsumi tidak melebihi porsi yang dibutuhkan oleh tubuh, yaitu 4 sendok makan atau 7 sendok teh. Sesuai dengan anjuran Health Promotion Board di Singapura.

Tidak kalah penting sebagai pengingat diri, saya juga harus mendengarkan dan mengerti isyarat yang dikirimkan oleh badan. Ketika ada rasa mual ringan sebaiknya memang lebih banyak minum air putih dan menghindari kopi. Bisa menggantinya dengan menyeduh teh chamomile yang bisa meredakan gangguan pencernaan dan migren ringan. 

Gaya hidup memang sangat berperan besar dalam kesehatan kita. Bila kita bisa mengontrol asupan nutrisi dan diimbangi oleh olahraga ringan secara rutin bisa menyehatkan tubuh dan pikiran. Bagi beberapa orang test kesehatan secara rutin juga perlu agar bisa melakukan pencegahan dini.

Saya termasuk orang yang lebih fokus dalam menjaga gaya hidup yang seimbang. Tantangannya adalah mendisiplinkan diri agar bisa hidup sehat. Ini juga merupakan pencegahan. Saya tipe orang yang akan khawatir bila tahu ada hal yang kurang beres dalam tubuh. Maka saya menghindari test kesehatan melalui cek darah untuk mengetahui kadar gula darah, jumlah kolesterol dan asam urat. Test rutin saya cukup fokus setahun sekali mammogram dan papsmears dua tahun sekali. Yang jadi perhatian saya adalah adanya beberapa kista di kedua payudara. Tidak ada treatment khusus, hanya harus diobservasi dan konsultasi dengan Breast Surgeon.  

Pengalaman kakak dan ibu saya yang rutin check up, lalu mereka memutuskan untuk tidak mengkonsumi daging merah, santan dan gorengan. Tapi tetap saja kadar kolesterol dalam darah tidak menurun. Buat saya ini menyiksa. 

Berjalan dengan waktu saya menaikan frekuensi dan berlama-lama ngobrol sama kakak. Cerita pengalaman suami dalam memerangi kolesterol. Mengingatkan untuk menikmati hidup, melakukan pola makan yang  terlalu ketat akan menimbulkan stres. Usahakan tetap optimis jangan segala dipikirkan. Dan alhamdulillah setahun kemudian kakak saya bebas dari obat kolesterol. Sesekali menikmati masakan daging merah dan gorengan di rumah. 

Pengalaman suami dalam menjalani hidup sehat juga menginspirasi saya. Jumlah kolesterol pernah mencapai 500. Bukan saja kami berdua dokter juga merasa khawatir. Dokter memberi obat kolesterol untuk dikonsumsi setiap hari. 

Selain menjaga makanan sehat suami rutin jalan sehat dengan diselingi jogging ringan setiap hari. Saya siapkan infused water untuk dikonsumsi setiap selesai berolahraga. Biasanya lemon dan madu. Sesekali saya buat infused water dari daun salam, seledri atau timun, untuk paket lengkap campuran kunyit, jahe dan serai. Tidak lupa melafazkan syalawat nabi saat membuatnya. Alhamdulillah tiga bulan kemudian kolesterolnya turun menjadi 284. Ya memang masih tinggi, tapi setidaknya sudah banyak berkurang. Saat pandemi Covid-19 melanda suami tidak bisa melakukan test. Baru bisa seminggu yang lalu, in syaa Allah Senin besok hasilnya diterima. Kondisi suami termasuk baik jadi dokter pun merekomendasikan regular check up normal.

Menjaga kesehatan memang penting, tidak kalah penting juga kita harus mengenal karakter diri. Jangan sampai melakukan regular check up untuk pencegahan dini, malah ujung-ujungnya stres karena memikirkan hasil test kesehatan yang didapat. So, teman-teman termasuk yang mana? Cukup melakukan gaya hidup sehat dan mendengarkan isyarat atau signal yang dikirimkan tubuh, atau melakukan gaya hidup sesuai hasil dari regular check up? Itu pilhan masing-masing.





Comments

Popular Posts