Mengikat Makna: Buku sebagai Makanan Ruhani



Membaca buku yang baik itu bagaikan mengadakan 
percakapan dengan para cendikiawan yang paling 
cemerlang dari masa lampau. 
(Rene Descartes)


Bila sebelumnya saya sangat tertarik untuk menguasi metode Speed Reading. Membaca buku karya Hernowo Hasim merubah keinginan tersebut, dan memilih cara lain untuk membaca buku. Tulisan ini merupakan usaha saya dalam mengikat makna dari buku sang Pengikat Makna. 

Penafsiran atas kata “iqra” (membaca) di dalam Surah Al ‘Alaq oleh Dr. Quraish Shihab dalam buku Membumikan Al Quran. Serta gagasan dari Dr. Stephen D. Krashen dalam bukunya yang berjudul The Power of Reading yaitu membaca artinya memasukkan kata-kata ke dalam pikiran. Semakin baik kualitas kata yang kita masukkan semakin baik pula kualitas pikiran yang kita bentuk.

Dari gagasan dua tokoh ini, Hernowo Hasim merumuskan tiga kegiatan membaca yang baik:

1. Kemampuan membaca yang di dalamnya terdapat kesigapan menemukan buku yang baik. Selanjutnya aktivitas ini dinamakan “buku yang bergizi”

2. Memanfaatkan kegiatan membaca sebagai kegiatan “belajar”. Belajar tulisan-tulisan yang baik karena ditulis melalui proses yang ketat mengikuti kaidah-kaidah penalaran dan ketatabahasaan yang telah disepakati bersama.

3. Membaca yang efektif, kegiatan membaca yang memiliki efek atau pengaruh terhadap peningkatan kualitas diri.

Bacaan dan tulisan yang bergizi ini tidak bergantung pada tema bacaan. Karena gizi yang hadir ditentukan oleh kualitas bahasa yang mengungkap tulisan baik, tertata, jernih dan menggerakkan pikiran. Ibarat makanan bergizi yang menyehatkan tubuh, bacaan yang bergizi juga akan menyehatkan pikiran (dan mungkin juga jiwa).


Lalu bagaimana memilih bacaan bergizi yang menyehatkan pikiran dan jiwa? 

Bagi Hernowo, buku-buku yang laris di pasaran bukan berarti merupakan bacaan yang bergizi. Dia menggolongkan buku yang bergizi karena keperluannya mengaitkan kegiatan membaca dengna menulis. Karena menurutnya menulis yang dapat menghasilkan tulisan yang baik ditentukan oleh kegiatan membaca yang baik. Sehingga kemampuan memilih buku sebagai bacaan bergizi perlu dimiliki oleh calon-calon penulis yang menghasilkan tulisan yang baik. 

Bila sudah menemukan buku bergizi, kita harus meyakini bahwa membaca adalah belajar. Jadi sebagai calon penulis ketika sedang membaca buku bergizi, dia tidak hanya berusaha mengerti konten buku tersebut tapi juga belajar bagaiman si author buku yang dia baca memilih kata dan menuangkannya menjadi rangkaian kalimat indah yang tidak membosankan. 

Membiasakan diri dengan membaca efektif, artinya kegiatan membaca ini harus berpengaruh pada berkembangnya pikiran. Ada efek yang dirasakan kita seperti menemukan hal-hal penting dan berharga yang membuat kualitas diri meningkat dari buku yang kita baca.


Buku seperti makanan, tetapi makanan untuk jiwa dan pikiran. Buku adalah obat untuk luka, penyakit dan kelemahan-kelemahan perasaann dan pikiran manusia. Jika buku mengandung racun, jika buku dipalsukan, akan timbul bahaya kerusakan yang sangat besar. (Ali Syari’ati)




  
Sumber:Flow di Era Socmed, karya Hernowo Hasim. Penerbit:Khalifa  






Comments

Popular Posts